Brand Engangement

Sebuah merek memainkan peranan penting bagi sebuah produk dan perusahaan. Membentuk jalinan kuat antara konsumen dan merek menjadi tujuan utama dari aktivitas pemasaran. Faktor penting dalam memahami perilaku konsumen dapat ditentukan melalui bagaimana konsumen menggunakan suatu merek. Diantara banyak cara konsumen berinteraksi dengan produk atau merek tertentu, brand engagement salah satu prediktor terkuat dalam menentukan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Pengetahuan akan suatu merek tidaklah cukup bagi menentukan loyalitas konsumen terhadap produk, sehingga dibutuhkan keterikatan emosional dalam bentuk komitmen terhadap suatu merek atau kecintaan merek. Keterikatan tersebut dapat diidentifikasi melalui adanya sikap yang didasarkan atas kemauan untuk mempertahankan hubungan jangka panjang degan suatu merek tertetu. Secara definisi brand engagement dapat diartikan sebagai proses pembentukan hubungan yang bermakna antara konsumen dengan sebuah brand, dimana dalam proses

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1                   LATAR BELAKANG
                               Seorang manajer di suatu perusahaan membuat keputusan setiap harinya, dan sebagian besar dari keputusan tersebut merupakan keputusan yang baik. Karena tidak ada seorang pun yang dapat selalu benar setiap saat, bahkan seorang eksekutif yang terampil sekalipun terkadang dapat membuat kesalahan.
Akan tetapi, kunci penting bagi efektivitas organisasi dapat berupa kemampuan manajer untuk mengenali kapan suatu keputusan yang buruk telah dibuat dan merespons dengan cepat terhadap kesalahan. Tentu saja beberapa ahli percaya bahwa pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang paling dasar dan fundamental dari semua aktivitas manajerial.
Pengambilan keputusan merupakan suatu bagian yang meresap pada sebagian besar aktivitas manajerial. Hampir semua yang terjadi dalam sebuah perusahaan melibatkan pengambilan keputusan yang telah dibuat.
Berdasarkan uraian hal-hal tersebut, penulis akan membuat makalah yang berjudul “Pengambilan Keputusan” yang membahas tentang pengambilan keputusan dalam konteks fungsi manajemen pertama, perencanaan, serta cara pemecahan masalahnya.

1.2                   RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang sifat dari pengambilan keputusan, perspektif rasional dari pengambilan keputusan, dan aspek-aspek perilaku dari pengambilan keputusan, serta etika pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan.

1.3                   TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk mengetahui tentang cara-cara pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan serta untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Pengantar Manajemen.

1.4                   METODE PENULISAN
Dalam melakukan penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan.

1.5                   SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini dirangkai menjadi tiga bab. Secara umum bab-bab tersebut membicarakan pokok-pokok penelitian bahasan sebagai berikut:
BAB I      : PENDAHULUAN
                               Berisi tentang latar belakang dibuatnya makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II    : PEMBAHASAN
                               Berisi tentang pembahasan mengenai sifat dari pengambilan keputusan, perspektif rasional dari pengambilan keputusan, dan aspek-aspek perilaku dari pengambilan keputusan.

BAB III   : PENUTUP
              Pada bab terakhir ini penulis ingin menyampaikan beberapa kesimpulan dan hasil penelitian





BAB II
PEMBAHASAN

2.1                   JENIS KEPUTUSAN DAN PERMASALAHANNYA
Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses identifikasi permasalahan dan peluang kemudian menyelesaikannya. Pengambilan keputusan yang efektif mensyaratkan bahwa pengambil keputusan memahami situasi yang mendorong keputusan.

2.1.1        JENIS-JENIS KEPUTUSAN MANAJEMEN

A.   KEPUTUSAN TERPROGRAM
Keputusan terprogram adalah keputusan yang diambil untuk merespon situasi yang sering terjadi untuk membuat aturan pengambilan keputusan yang dikembangkan dan diterapkan di masa yang akan datang. Contohnya memesan uang kertas dan alat-alat kantor lain ketika persediaan berkurang pada level tertentu.

B.   KEPUTUSAN TIDAK TERPROGRAM
Keputusan tidak terprogram merupakan keputusan yang diambil sebagai suatu respon atas peristiwa yang unik, tidak memiliki kejelasan yang baik, dan bahkan tidak terstruktur namun memiliki kensekuensi penting terhadap perusahaan. Contohnya membangun pabrik baru, mengembangkan produk atau pelayanan baru.

2.1.2        FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A.      Kepastian (certainty)
Seluruh informasi yang dibutuhkan pengambil keputusan tersedia secara lengkap.

B.       Ketidakpastian (uncertainty)
Mengetahui sasaran yang ingin dicapai, tetapi informasi mengenai berbagai alternatif dan kejadian-kejadian di masa depan tidak lengkap.

C.      Risiko (risk)
Keputusan yang memiliki sasaran yang jelas dan didasarkan pada informasi yang baik, tetapi konsekuensi-konsekuensi masa depan dari masing-masing alternatif keputusan tidak pasti.

D.      Ambiguitas (ambiguity)
Suatu kondisi dimana tujuan yang harus dicapai atau permasalan yang harus diselesaikan tidak jelas sifatnya, namun informasi yang tersedia juga tidak lengkap.

2.2                   MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sebagian besar manajer cenderung menganggap diri mereka sendiri sebagai pengambil keputusan yang rasional, dan tentu saja banyak ahli yang berpendapat bahwa manajer memang seharusnya berusaha untuk berpikiran serasional mungkin dalam mengambil keputusan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan seorang manajer untuk mengambil keputusan biasanya berupa salah satu dari tiga jenis model, yaitu model klasik, model administratif atau model politik.

2.2.1        MODEL YANG IDEAL DAN RASIONAL
A.      MODEL KLASIK
                   Model pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi ekonomi rasional dan kekayaan menajer tentang seperti apakah seharusnya pengambilan keputusan yang ideal itu. Model klasik dalam pengambilan keputusan dianggap sebagai model yang normatif, yang berarti bahwa model ini menentukan bagaimana seorang pengambil keputusan seharusnya mengambil keputusan.
B.       MODEL ADMINISTRATIF
Model administratif dianggap bersifat deskriptif, yang artinya model ini menggambarkan bagaimana manajer benar-benar melakukan pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks dan bukannya mendikte bagaimana manajer seharusnya mengambil keputusan berdasarkan teori ideal.

C.      MODEL POLITIK
Model keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat keputusan yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya terbatas dan adanya konflik antar manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan dilakukan. Manajer-manajer sering kali terlibat dalam pembangunan koalisi dalam membuat keputusan organisasi yang kompleks. Sebuah koalisi adalah sebuah aliansi tidak resmi di antara manajer-manajer yang mendukung sebuah tujuan tertentu. Model politik dimulai dengan empat asumsi dasar, yaitu: 1) organisasi terdiri dari beragam kepentingan, 2) informasi ambigu dan tidak lengkap, 3) manajer tidak memiliki sumber daya untuk mengidentifikasi semua dimensi masalah, 4) manajer terlibat dalam mendorong dan menarik perdebatan untuk menentukan tujuan dan alternatif.

2.2.2        KEPUTUSAN DI LUAR LOGIKA DAN RASIONALITAS
A.      INTUSI
Suatu kepercayaan yang melekat di dalam diri seseorang mengenai sesuatu hal tanpa pertimbangan secara sadar. Manajer terkadang memutuskan untuk melakukan sesuatu hal karena mereka memiliki firasat. Perasaan ini lebih didasarkan pada pengalaman dan praktik selama bertahun-tahun dalam membuat keputusan di dalam situasi yang serupa. Suatu firasat kadang-kadang dapat membantu manajer membuat keputusan tanpa melalui uturan langkah yang rasional.

B.       PENINGKATAN KOMITMEN
Proses perilaku penting lain yang memengaruhi pengambilan keputusan adalah peningkatan komitmen pada tindakan yang terpilih. Seorang pengambil keputusan kadang-kadang membuat keputusan dan kemudian menjadi sangat terikat dengan tindakan yang disarankan oleh keputusan tersebut sehingga mereka tetap bertahan pada suatu keputusan, bahkan ketika keputusan itu tampak salah.

2.3                   PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seorang manajer yang benar-benar ingin mendekati suatu keputusan secara rasional dan logis seharusnya berusaha untuk mengikuti langkah-langkah dalam pengambilan keputusan secara rasional tanpa memandang apakah keputusan bersifat terprogram atau tidak, dan terlepas dari model yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan apakah klasik, administratif, atau politik.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan secara rasional tersebut membantu mempertahankan pengambil keputusan untuk tetap berfokus pada fakta dan logika dan membantu upaya melindungi dari asumsi yang tidak sesuai. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Mengenali dan mendefinisikan situasi keputusan
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan secara rasional adalah mengenali bahwa suatu keputusan adalah penting, yaitu harus terdapat beberapa pemicu untuk memulai proses. Permasalahan muncul ketika pencapaian organisasi telah sesuai dengan apa yang ditetapkan. Peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian potensial yang melebihi tujuan yang ditetapkan saat ini. Pengenalan terhadap permasalahan akan mengarahkan manajer untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk sumber informal.
2.      Mendiagnosis dan menganalisis penyebab
           Langkah kedua adalah mendiagnosis dan menganalisis penyebab munculnya permasalahan. Diagnosis merupakan langkah pengambilan keputusan yang dilakukan dengan menganalisis faktor penyebab mendasar yang dikaitkan dengan situasi keputusan.
3.        Pengembangan alternatif
          Setelah permasalahan dikenali dan dianalisis, pengambilan keputusan mulai dipertimbangkan untuk melakukan tindakan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan alternatif solusi yang memungkinkan. Pada keputusan terpogram alternatif solusi lebih mudah untuk diidentifikasi. Namun pada keputusan tidak terprogram, manajer umumnya hanya mampu mengembangkan satu atau dua solusi.
4.        Pemilihan alternatif yang diinginkan
          Setelah pengembangan alternatif, manajer menetapkan mana yang akan dipilih. Alternatif terbaik adalah solusi yang paling sesuai dengan keseluruhan tujuan dan nilai organisasi serta mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan keputusan yang dilakukan oleh manajer juga tergantung pada faktor pribadi dan preferensi seseorang terhadap risiko.
5.        Implementasi alternatif yang dipilih
          Tahap implementasi meliputi penggunaan kemampuan manajerial, administratif dan persuasif untuk menjamin alternatif yang dipilih dapat dijalankan. Keberhasilan implementasi ini tergantung pada bagaimana alternatif yang dipilih dapat dijalankan.
6.        Evaluasi dan umpan balik
Pada tahap evaluasi manajer mengumpulan informasi mengenai seberapa efektif penerapan keputuan yang dipilih mampu mencapai tujuan. Umpan balik sangat dibutuhkan untuk proses ini karena pengambilan keputusan merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak berujung selama perusahaan menjalankan aktivitasnya.

2.4                   ETIKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
     Etika individual adalah kepercayaan pribadi mengenai perilaku benar dan salah. Etika secara jelas-jelas terkait dengan pengambilan keputusan dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, misalkan setelah analisis yang hati-hati seorang manajer menyadari bahwa perusahaannya akan dapat menghemat uang dengan cara menutup departemennya dan melakukan subkontrak dengan seorang pemasok untuk mendapatkan jasa yang sama. Akan tetapi untuk merekomendasikan tindakan ini akan mengakibatkan hilangnya beberapa pekerjaan, termasuk pekerjaannya sendiri.






BAB III
PENUTUP
3.1                   KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat penulis sampaikan antara lain:
1.      Keputusan merupakan bagian integral dari semua aktivitas manajerial, akan tetapi keputusan mungkin adalah yang paling dekat dengan proses perencanaan.
2.      Pengambilan keputusan adalah tindakan untuk memilih satu alternatif dari serangkaian alternatif.
3.      Pengambilan keputusan model klasik mengasumsikan bahwa manajer memiliki informasi yang lengkap dan bahwa mereka akan berperilaku secara rasional.
4.      Model administratif menyadari bahwa manajer akan memiliki informasi yang tidak lengkap dan bahwa mereka tidak akan selalu berperilaku secara rasional.



  
DAFTAR PUSTAKA


Griffin, W. R., 2004, Manajemen Edisi Ketujuh, Terjemahan: Gina Gania, Erlangga,   Jakarta.
Sudarti dan Widyastuti, Umi, 2011, Pengantar Manajemen, Fakultas Ekonomi UNJ, Jakarta.
Daft, L. Richard, 2002, Manajemen Edisi Kelima, Terjemahan: Emil Salim, Erlangga, Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOTIVASI MANAJEMEN

Teori Produksi Jangka Pendek

EKONOMI MIKRO :PERMINTAAN DAN PENAWARAN