Brand Engangement

Sebuah merek memainkan peranan penting bagi sebuah produk dan perusahaan. Membentuk jalinan kuat antara konsumen dan merek menjadi tujuan utama dari aktivitas pemasaran. Faktor penting dalam memahami perilaku konsumen dapat ditentukan melalui bagaimana konsumen menggunakan suatu merek. Diantara banyak cara konsumen berinteraksi dengan produk atau merek tertentu, brand engagement salah satu prediktor terkuat dalam menentukan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Pengetahuan akan suatu merek tidaklah cukup bagi menentukan loyalitas konsumen terhadap produk, sehingga dibutuhkan keterikatan emosional dalam bentuk komitmen terhadap suatu merek atau kecintaan merek. Keterikatan tersebut dapat diidentifikasi melalui adanya sikap yang didasarkan atas kemauan untuk mempertahankan hubungan jangka panjang degan suatu merek tertetu. Secara definisi brand engagement dapat diartikan sebagai proses pembentukan hubungan yang bermakna antara konsumen dengan sebuah brand, dimana dalam proses

Teori Produksi Jangka Pendek


TEORI PRODUKSI JANGKA PENDEK
Tugas Mata Kuliah Teori Mikro Ekonomi

 



  

oleh :
1.   Dwi Kurniasari 
2.   Endah Kusumarini 
3.   Juliana Aviawan

PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012





1.1  Fungsi Teori Produksi

Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumberdaya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran), namun konsep produksi dalam industri yang modern, kegiatan produksi lebih ditekankan kepada menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang atau jasa J. Sudarsono (1992:9). Begitu pula menurut James L. Pappas (1995 : 304) bahwa istilah produksi merujuk kepada lebih sekedar transformasi fisik dari sumber daya tetapi  lebih melibatkan semua  kegiatan yang berkaitang dengan penyediaan barang dan jsa. Termasuk struktur organisasi yang dipergunakan untuk memaksimumkan produktivitas, serta perolehan sumberdaya modal dan penggunaan sumber daya yang efisien.

Dengan demikian, secara sempit produksi secara sempit dapat diartikan sebagai kegiatan mengubah input menjadi output. Sementara secara luas, produksi diartikan sebagai  kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau masukan untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan tersebut mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien  yang lebih tinggi dalam proses produksinya. Secara skematis kegiatan produksi dapat disajikan pada gambar berikut ini :




Dari Gambar 1.1 secara umum fungsi produksi dapat dirumuskan :

Q = F (K,L,X,E)

Dimana :    Q             = tingkat produk/total produk
                 K;L;X;E   = Input (modal, tenaga kerja, bahan baku, keahlian)


Perbedaan Produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang terletak pada penggunaan faktor produksi, dimana pada produksi jangka pendek faktor produksi dibedakan menjadi dua yaitu faktor produksi tetap (fixed input) dan variable input. Sementara pada produksi jangka panjang semua faktor produksi dianggap sebagai variabel input.
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Faktor produksi variabel adalah faktor produksi jumlah penggunaannya tergantung pada tingkat produksinya, semakin besar tingkat produksi makin banyak faktor produksi yang digunakan.

Contoh 1 :
Pada fungsi produksi jangka pendek seorang pedagang bakso. Gerobak, panci, piring, sendok, dan garpu dinggap sebagai faktor produksi tetap (fixed input). Sementara bahan baku pembuat bakso seperti daging, sawi, dan mie dianggap sebagai faktor produksi variabel (variable input). Dalam perspektif jangka pendek, pedagang bakso tersebut hanya dapat mengubah faktor produksi yang bersifat variabel untuk menambah outputnya. Misalnya dengan membeli lebih banyak daging yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuat bakso.
  
      Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, dimana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Secara umum, hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut faktor produksi, seperti dibawah ini :

Q = f(K, L)

di mana : Q = tingkat output
               K = barang modal
               L = tenaga kerja/buruh

Contoh 2 :
Untuk meningkatkan output produksi, Pak Hadi seorang pengusaha kelapa sawit menambah jam kerja pekerjanya dari 8 jam menjadi 10 jam. Dikarenakan pada produksi jangka pendek, penambahan jumlah produksi dengan melakukan ekspansi lahan tidak memungkinkan. Jadi, dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan berdasarkan  alokasi efisiensi tenaga kerja.
Dari beberapa pengamatan, pengalaman perusahaan juga terbukti mempengaruhi output perusahaan dalam melakukan produksi, yang dirumuskan :

Q = f (K, L, Z)

Dimana :  K   = barang modal
               L   = tenaga kerja
               
Z   = pengalaman perusahaan


Contoh 3 :
Terdapat 2 pabrik sepatu yaitu X dam Y. Pabrik sepatu X telah berdiri selama 25 tahun, sementara pabrik sepatu Y baru berdiri selama beberapa bulan. Kemampuan produksi keduanya tentu berbeda, pabrik sepatu X dapat menghasilkan output yang lebih banyak daripada Y (dalam asumsi penggunaan fixed input yang sama). Pabrik sepatu X telah dapat melakukan efisiensi, baik tenaga kerja maupun bahan baku produk dengan belajar dari pengalaman. 


1.2  Produksi Dengan Satu Input Variabel : Produk Total, Produk Rata-Rata, dan Marjinal

Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat produksi suatu komoditas dengan satu faktorproduksi yang variabel. Dalam hal ini perlu diingat bahwa fokus pembahasan ditekankan pada hubungan antara satu faktor produksi yang variabel dengan output. Dalam hungungan tersebut terdapat satu faktor tetap yang tidak berubah jumlahnya. Karena faktor produksi yang digunakan tidak berubah jumlahnya, maka perhatian lebih ditekankan pada hubungan faktor produksi tersebut dengan output yang dihasilkan. Sebagai gambaran seorang petani yang mempunyai sawah seluas 1 hektar, tanah tersebut adalah faktor tetap, maka pengamatan akan lebih ditekankan pada cara pengelolahan dalam menggunakan jam kerja para petani. Dengan fungsi produksi seperti ini dapat  diketahui hubungan antara Total Product (TP), Marginal Product (MP = Product Marjinal)dan Average Product (AP = Produk rata-rata). Selanjutnya akan dijelskan secara ringkas pengertian dari Total Product , Marginal Product  dan Average Product.

  ·      Total Product merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Pada
       umumnya Total Product dilambang kan dengan TP atau Q (quantity atau kuantitas).
·      Marginal Product (MP) menunjukan perubahan produksi yang diakibatkan oleh satu penggunaan faktorproduksi variabel. Jika pada contoh sebelumnya faktor froduksi yang berubah adalah tenaga kerja maka Marginal Product dikenal dengan Marginal Product of Labor dapat diperoleh dengan menggunakan formula berikut:
MPL = ∆TP
                       ∆L
·      Average Product menunjukan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh setiap penggunaan faktorproduksi variabel. Jika L menunjukan tenaga kerja yang digunakan, maka Average Product of Labor (APL). APL menunjukan jumlah output yang dihasilkan per tenaga kerja, berikut formulanya:
APL = TP
            L


 Contoh Soal 1 :

Seorang petani mempunyai sebidang tanah di daerah cipanas di daerah Cipanas yang ditanami wortel, Berikut data-datanya :




Dari tabel data-data diatas tentukanlah :
1. Berapa MPL nya?
2. Berapa APL nya?
3. Buatlah Kurva TP, MPL dan APL nya dalam satu sumbu !
4. Tentukan daerah I, II dan III ! Daerah manakah yang paling efisien dalam melakukan
    produksi? Berapa tenaga kerja yang digunakan?




Kurva TP, MPL dan APL nya dalam Satu Sumbu




Penentuan Daerah Produksi

    Dari tabel 1.2 kemudian diperoleh kurva dengan 3 daerah  produksi seperti yang tergambar di atas. Masing masing daerah tersebut menunjukkan keadaan ketika APL naik hingga APL maksimum (daerah I), dari APL maksimum hingga TP maksimum (daerah II), dan daerha TP yang menuruh (daerah III). Berikut ini adalah penjelasan dari daerah-daerah produksi tersebut:

Tahap I
Produksi Total (TP) mengalami pertambahan semakin cepat. Tahap ini dimulai dari titik origin semakin kesatu titik pada kurva total product dimana AP (Produksi Rata-Rata) maksimum, dan pada titik ini AP = MP (Marginal Product).
Menunjukkan bahwa pada saat penggunaan input tenaga kerja (labor, L) masih sedikit, bila dinaikkan penggunaannya, maka Produksi Rata-Rata (AP) naik dengan ditambahkannya input variabel. Dengan asumsi harga input tenaga kerja (L) tetap, maka dengan naiknya produksi rata-rata akan menurun dengan ditingkatkannya produksi (output). Dalam pasar persaingan sempurna, produsen tidak akan pernah beroperasi (berhenti produksi) pada tahap ini, karena dengan memperbesar volume produksi, biaya produksinya perunit akan menurun, hal ini berarti akan memperbesar keuntungan yang ia terima. Jasi pada tahap I ini, efisiensi produk belum maksimal.

Tahap II
                                                                                                                                          Produksi Total (Total Product) semakin lama semakin menurun. Tahap III ini meliputi daerah dimana MP Negatif. Maka berdasarkan pada keadaan Tahap I dan Tahap III dapat disimpulkan bahwa Efisiensi Produk Maksimal terjadi pada tahap II.

Tahap III

Produksi Total (Total Product) pertambahannya semakin lama semakin kecil. Tahap II ini dimulai dari titik AP Maksimum sampai titik dimana MP = 0, atau TP Maksimum. Meliputi daerah dimana Produksi Marginal (MP) negative. Pada tahap III ini penggunaan input Labor (L) sudah terlalu banyak, sehingga TP justru akan menurun, jika penggunaan input tenaga kerja (L) tersebut diperbesar, karena MP negative. (efisiensi produk telah melampaui kondisi maksimal)


Hubungan Antara Kurva MP dan TP


MP adalah kemiringan dari kurva TP. Sehingga dapat dirumuskan :
1.      Jika MP > 0, TP akan meningkat seiring bertambahnya jumlah L
2.      Jika MP = 0, TP menunjukkan tingkat produksi maksimum/ titik puncak
3.      Jika MP < 0, TP akan menurun seiring bertambahnya jumlah L



Elastisitas Produksi

Konsep Elastisitas yang telah dipelajari sebelumnya juga diterapkan dalam produksi. Elastisitas produksi (ɳ) menunjukkan rasio perubahan output yang  dihasilkan terhadap perubahan relatif jumlah input yang digunakan. Misalkan input yang berubah adalah pemakaian tenaga kerja (L) maka elastisitas produksi dapat diformulasikan sebagai berikut :



Atas dasar formula tersebut diketahui bahwa :
·         Pada saat MP  > AP diperoleh Elastisitas Produksi > 1
·         Pada saat MP = AP diperoleh elastisitas produksi = 1
·         Pada saat MP = 0 diperoleh Elastisitas Produksi = 0
·         Pada saat MP  negatif diperoleh Elastisitas Produksi negatif

Kaitan antara rasionalitas daerah produksi dengan elastisitas produksi adalah sebagai berikut :
a. Daerah dengan Elastisitas Produksi > 1 sampai Elastisitas Produksi = 1 adalah irrational
    region
b. Daerah dengan Elastisitas Produksi = 1 sampai Elatisitas Produksi = 1 adalah daerah rational
    region
c. Daerah dengan Elastitas Produksi = 0 sampai Elastisitas Produksi < 0 adalah daerah irrational region

Perumusan diatas digunakan untuk menentukan daerah rasional maupun irrational dalam berproduksi terutama bila kita melihat data dalam bentuk tabel. Tanpa membuat kurva, sebetulnya kita sudah dapat menentukan mana daerah rasional maupun irrational dalam berproduksi dengan menggunakan rumusan diatas. Berikut adalah contohnya :


Contoh Soal 2 :
    Pak Kardi memiliki sebidang tanah dengan luas 1 hektar  yang ditanami tanaman bayam,  faktor produksi berupa tanah dianggap tetap, dalam proses produksinya ia mempekerjakan buruh yang dinyatakan dengan (L). Hasil output dari kebun Pak Kardi berdasarkan pertambahan jumlah tenaga kerja dinyatakan dengan (TP). Berikut tabelnya : 




Dari tabel diatas tentukanlah :
a) Elastisitas Produksi dari kebun Pak Kardi 
b) Penggolongan daerah produksi

Jawaban :




KESIMPULAN

Teori Produksi terbagi menjadi dua yaitu, Teori Produksi Jangka Pendek dan Teori Produksi Jangka Panjang. Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat produksi suatu komoditas dengan satu faktor froduksi yang variabel. Konsep Produksi Jangka Pendek faktor-faktor produksi terbagi menjadi dua yaitu, fixed input dan variable input. Dalam hubungan tersebut trdapat faktor produksi tetap yang jumlahnya tidak akan berubah. Untuk meningkatkan jumlah produksi, dalam jangka pendek perusahaan tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap seperti mesin, bangunan, tanah peralatan produksi dll. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan misalkan tenaga kerja.

Dengan hubungan produksi seperti ini dapat diketahui hubungan antara Total Product (Q), Marginal Product (MP) dan Average Product (AP). Hubungan antara Marginal Product dengan Average Product adalah jika marginal product lebih besar dari average product maka average product akan naik. Sebaliknya jika marginal product turun maka average product akan turun. Karena itu garis marginal product akan memotong average product pada titik average product maksimum. Dan akan menunjukan daerah-daerah produksi yang akan menentukan daerah yang paling produktif.

Dalam teori produksi jangka pendek, elastisitas produksi juga dapat digunakan untuk menunjukan daerah yang rasional, yaitu  menunjukan ratio perubahan relative output yang dihasilkan terhadap perubahan relative jumlah input yang digunakan tanpa perlu melihat kurva.


DAFTAR PUSTAKA

Salvatore, Dominick. Teori Mikro Ekonomi : Edisi Keempat. 2002. Erlangga : Jakarta
Sugiarto, dkk. Mikro Ekonomi : Sebuah Kajian Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta






Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOTIVASI MANAJEMEN

EKONOMI MIKRO :PERMINTAAN DAN PENAWARAN