BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pada setiap akhir tahun, masing-masing
negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat
pertumbuhan GNP relatifnya dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya
angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. Pengejaran pertumbuhan merupakan
tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia ini. Seperti kita
telah ketahui berhasil atau tidaknya program-program pembangunan di negara-negara
dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan
ekonomi sebagai tolak ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah
terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, untuk itu kita diharapkan tidak
tertinggal dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi memliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses
kenaikan output perkapita yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan
demikian semakin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya semakin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu
distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan
pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi rill melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen.
1.2
Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah tentang masalah pokok pembangunan, yaitu:
- Mengetahui
pertumbuhan ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan perdebatan
masalah pertumbuhan.
- Mengetahui
masalah distribusi pendapatan, kemiskinan, dan strategi mengurangi
kemiskinan.
- Memenuhi
tugas kelompok mata kuliah ekonomi pembangunan.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan tema yang akan diangkat
kami merumuskan masalah sesuai pertanyaan yang telah kami susun. Berikut adalah
pertanyaan-pertanyaan yang telah kami susun:
- Apakah
yang dimaksud pertumbuhan ekonomi?
- Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi?
- Apa
saja yang menjadi perdebatan masalah pertumbuhan?
- Apa
saja yang menjadi masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan?
- Bagaimanakah
cara mengatasi masalah kemiskinan?
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan
bermanfaat :
- Bagi
penyusun, semoga dapat menambah pengetahuan dalam masalah pembangunan
ekonomi, sehingga dapat lebih memahami masalah yang sering terjadi pada
setiap negara.
2.
Bagi mahasiswa, menambah pengetahuan sehingga
dapat memotivasi mereka untuk memajukan ekonomi Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pertumbuhan
Ekonomi
Selama dua dasawarsa yang lalu titik perhatian ekonomi
dunia ditujukan pada upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan
nasional riil. Para ekonom beranggapan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional
riil tersebut bisa digunakan sebagai ukuran kinerja perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mencoba memahami sifat dan
sebab-sebab terjadinya pertumbuhan tersebut.
2.2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam setiap masyarakat adalah:
1.
Akumulasi Modal, termasuk semua
investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisikal dan sumber daya
manusia (human resources)
Akumulasi modal akan terjadi jika ada
proporsi dan kemudian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian
diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
Pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan dan barang-barang baru akan
meningkatkan stok modal (capital stock) fisikal dari suatu negara (yaitu jumlah
riil bersih dari semua barang-barang modal produktif secara fisikal) yang
memungkinkan untuk mencapai tingkat output yang lebih besar.
Investasi-investasi produktif secara langsung ini ditambah dengan investasi-investasi
infrastruktur sosial dan ekonomi yaitu jalan raya, listrik, air, sanitasi,
komunikasi untuk mempermudah dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Ada lagi cara untuk menginvestasikan sumberdaya negara yaitu dengan cara tidak langsung. Instalasi
fasilitas-fasilitas irigasi bisa memperbaiki kualitas lahan pertanian dengan
peningkatan produktivitas per hektar.
Sama halnya dengan investasi tak
langsung, investasi dalam sumber daya
manusia (human invesment) bisa memperbaiki kualitasnya dan juga mempunyai
pengaruh yang sama atau bahkan lebih besar terhadap produksi, karena
bertambahnya jumlah sumber daya manusia.
2.
Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan populasi dan hal-hal yang
berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja (labor force) secara tradisional
telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi.
3.
Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi merupakan faktor yang
paling penting bagi pertumbuhan ekonomi menurut para ekonom. Kemajuan teknologi
disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara yang diperbaiki dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan tradisonal, seperti cara menanam padi, membuat pakaian atau
membangun rumah. Ada 3 macam klasifikasi dari kemajuan teknologi, yaitu :
a.
Netral
Kemajuan teknologi yang bersifat netral
terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan
kombinasi-kombinasi faktor input yang sama. Inovasi-inovasi yang timbul dari
pembagian kerja (division of labour) bisa menghasilkan tingkat ouput total yang
lebih tinggi dan semua orang.
b.
Hemat Tenaga Kerja (Labour Saving) atau
Hemat Modal (Capital Saving)
Kemajuan teknologi bisa bersifat hemat
tenaga kerja atau hemat modal, yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa
dicapai dengan kuantitas tenaga kerja atau input modal yang sama. Penggunaan
komputer, traktor dan alat-alat mekanisasi lainnya yang merupakan mesin-mesin
dan peralatan modern bisa diklasifikasikan sebagai hemat tenga kerja.
Kemajuan teknologi yang bersifat hemat
modal sangat jarang sekali terjadi, karena hampir semua penelitian ilmiah dan
perkembangan teknologi yang dilakukan di negara maju adalah bertujuan untuk
menghemat tenaga kerja, bukan modal. Tetapi untuk negara-negara sedang
berkembang, maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal sangat
dibutuhkan. Metode produksi yang lebih efisien (biaya produksi rendah) adalah
metode produksi yang padat tenaga kerja (labour intensive). Salah satu
contohnya industri rumah, seperti industri tempe, tahu, dsb.
c.
Kemajuan Teknologi Perluasan Tenaga Kerja (Capital Augmenting) atau
Perluasan Modal (Capital Augmenting)
Kemajuan teknologi yang bersifat perluasan
tenaga kerja terjadi jika kualitas atau keahlian angkatan kerja ditingkatkan,
misalnya penggunaan video, televisi dan media komunikasi elektronik lainnya
dalam memberikan pelajaran di kelas. Sementara itu kemajuan teknologi perluasan
modal terjadi jika penggunaan modal secara lebih produktif, misalnya
penggantian bahan untuk membuat bajak dari kayu menjadi baja dalam produksi
pertanian.
2.3 Karakteristrik
Pertumbuhan Ekonomi Modern
Simon Kuznets dalam mengukur dan
menganalisa sejarah pertumbuhan pendapatan nasional negara-negara maju,
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan negara itu kemampuan
ini berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian
ideologi yang dibutuhkan”. Ketiga komponen pokok dari definin ini sangat
penting artinya :
1.
Kenaikan output nasional secara terus
menerus merupakan perwujudan dari pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk
menyediakan berbagai macam barang ekonomi merupakan tanda kematangan ekonomi.
2.
Kemajuan teknologi merupakan prasyarat
bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, namun belum merupakan syarat cukup.
Untuk merealisir potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi baru.
3.
Penyesuaian kelembagaan, sikap dan
ideologi harus dilakukan. Inovasi teknologi tanpa disertai inovasi sosial ibarat bola lampu tanpa aliran listrik.
Potensi ada tetapi tanpa input yang melengkapi tidak akan berarti apa-apa.
Dalam
analisisnya yang mendalam, Kuznets memisahkan 6 karakteristik yang terjadi
dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara maju, yaitu :
-
Dua variabel ekonomi agregatif :
1.
Tingginya tingkat pertumbuhan output per
kapita dan populasi
2.
Tingginya tingkat kenaikan produktivitas
faktor produksi secara keseluruhan, terutama produktivitas renaga kerja.
-
Dua variabel transformasi struktural :
1.
Tingginya tingkat transformasi struktur
ekonomi
2.
Tingginya tingkat transformasi sosial
dan ideologi
-
Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya
pertumbuhan ekonomi internasional:
1.
Kecenderungan negara-negara maju secara
ekonomis untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku.
2.
Pertumbuhan ekonomi ini hanya terbatas
pada sepertiga populasi dunia.
Ciri-ciri
Pertumbuhan Ekonomi :
1.
Laju
Pertumbuhan Penduduk
2.
Produk
Per Kapita
3.
Peningkatan
Produktivitas
4.
Laju
Perubahan Struktural yang Tinggi
5.
Urbanisasi
6.
Ekspansi
Negara Maju
7.
Arus
Barang, Modal, dan Tenaga Kerja antar Bangsa
2.4 Perdebatan Pertumbuhan Ekonomi
Di awal tahun 1970-an terjadi perubahan persepsi pemerintah
dan swasta secara luar biasa mengenai tujuan utama kegiatan ekonomi. Di
negara-negara kaya maupun negara-negara miskin tumbuh kekecewaan terhadap
kekecewaan hati untuk mengejar pertumbuhan sebagai tujuan pokok ekonomi
masyarakat.
Di negara-negara maju, tekanan yang utama tampaknya usaha
untuk mengeser orientasi pada pertumbuhan ekonomi menuju ke usaha yang lebih
memperhatikan kualitas hidup (quality of life). Terjadi protes keras terhadap
ganasnya pertumbuhan ekonomi dan akibat polusi oleh air dan udara, penipisan
cadangan sumber daya alam dan perusakan keindahan-keindahan alam.
Di negara-negara miskin yang menjadi perhatian utama adalah
masalah pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Banyak negara sedang
berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi pada tahun 1960-an
mulai menyadari bahwa pertumbuhan semacam itu hanya sedikit manfaatnya bagi
pemecahan masalah kemiskinan. Tingkat pengangguran dan pengangguran semu
meningkat di daerah pedesaan dan perkotaan. Distribusi pendapatan antara kaya
dan miskin semakin tidak merata. Banyak orang merasakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi
luasnya kemiskinan absolut di negara-negara sedang berkembang.
Dengan kata lain, pertumbuhan GNP per kapita yang cepat
tidak secara otomatis meningkatkan tingkat hidup rakyat banyak. Malah
pertumbuhan GNP per kapita di beberapa negara swedang berkembang (seperti
Pakistan, India, Kenya dan lain-lain) telah menimbulkan penurunan absolut dalam
tingkat hidup orang miskin di perkotaan dan pedesaan. Apa yang disebut proses “trickle down effect” dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi orang
miskin tidak terjadi.
2.5 Fungsi Pendapatan
Ketidakmerataan
Distribusi Pendapatan
Irma Adelman dan Cynthia
Taft Morris mengemukakan 8 penyebab ketidakmerataan distribusi pendapatan di
negara-negara sedang berkembang, yaitu :
1.
Pertambahan
penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita.
2.
Inflasi dimana pendapatan
uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan
produksi barang-barang.
3.
Ketidakmerataan pembangunan
antar daerah.
4.
Investasi yang sangat banyak
dalam proyek-proyek yang padat modal (capital Intensive), sehingga presentase
pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
5.
Rendahnya mobilitas sosial.
6.
Pelaksanaan kebijaksanaan
industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil
industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
7.
Memburuknya nilai tukar
(terms of trade) bagi negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan
permintaan negara-negara terhadap barang-barang ekspor negara sedang
berkembang.
8.
Hancurnya industri-industri
kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga dan lain-lain.
2 Koefisien Gini
Suatu ukuran yang singkat
mengenai derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam suatu negara bisa
diperoleh dengan menghitung luas daerah antara garis diagonal (kemerataan
sempurna) dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dari separuh bujur
sangkar dimana terdapat kurva Lorenz tersebut.
3 Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan
lain yang sering digunakan oleh para ekonom adalah distribusi fungsional atau
distribusi pangsa faktor produksi (factor share distribution). Ukuran distribusi
ini berusaha untuk menjelaskan pangsa (share) pendapatan nasional yang diterima
oleh masing-masing faktor produksi. Disamping memandang individu-individu
sebagai kesatuan yang terpisah, teori ukuran distribusi pendapatan fungsional
tersebut menyelidiki persentase yang diterima tenaga kerja secara keseluruhan
dibandingkan dengan presentase dari pendapatan nasional yang terdiri dari : sewa, bunga dan laba.
Sayangnya relevansi teori
fungsional ini dilemahkan oleh kegagalannya dalam memperhitungkan peranan dan
pengaruh penting dari kekuatan-kekuatan “non-psar” seperti “kekuatan” untuk
menentukan harga-harga faktor produksi, misalnya perjanjian bersama antara para
pekerja dan kekuatan para monopolis atau tuan tanah dalam penetapan tingkat
upah.
2.6 Kemiskinan
Aspek dan Karakteristik Kemiskinan
Menurut Andre Bayo Ala
(1981) ada beberapa kemiskinan, yaitu :
1.
Kemiskinan itu multi dimensional.
Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun
memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijaksanaan umum, maka kemiskinan
meliputi aspek primer yang berupa miskin asset-asset, organisasi sosial politik
dan pengetahuan secara keterampilan; dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan
sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan
tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang
tidak sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan pendidikan yang kurang
baik juga.
2.
Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti
bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi
kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.
3.
Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual mapun kolektif. Kita sering mendengar
istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban
poverety) dan sebagainya. Namun demikian, bukan berarti desa atau kota tersebut
yang mengalami kemiskinan, tetapi orang-orang atau penduduk (manusianya) yang
menderita “miskin”.
Emil Salim mengemukakan 5 karakteristik kemisikinan, yaitu :
a.
Mereka yang hidup di bawah
kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah
yang cukup, modal ataupun keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki umumnya
sedikit sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan sangat terbatas.
b.
Mereka pada umumnya tidak
mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuaatan sendiri.
Pendapatan yang diperolehnya tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan sendiri
ataupun modal usaha. Di samping itu mereka tidak memenuhi syarat mendapatkan
kredit perbankan, sebagai jaminan kredit dan lain-lain, yang mengakibatkan
mereka berpaling ke rentenir yang biasanya mempunyai bunga yang sangat tinggi.
c.
Tingkat pendidikan umumnya rendah,
tak sampai tamat Sekolah Dasar (SD). Waktu mereka pada umumnya habis tersita
untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu unutuk belajar. Demikian
juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus
membantu orang tuanya mencari tambahan pendapatan.
d.
Banyak diantara mereka tidak
mempunyai tanah, kalaupun ada tetapi relatif sempit. Pada umunya mereka menjadi
buruh tani atau pekerja kasar di luar pertanian. Oleh karena pekerjaan
pertanian bersifat musiman, maka kesinambungan kerja menjadi kurang terjamin.
Banyak diantara mereka lalu menjadi pekerja bebas yang berusaha apa saja.
Akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi
rendah sehingga mendukung mereka selalu hidup di bawah
kemiskinan.
e.
Banyak diantara mereka yang
hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai ketrampilan atau
pendidikan, sehingga kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa.
2.7 Kemiskinan
Absolut dan Relatif
Menurut Sajogyo, kemiskinan
adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup
minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat
orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan
kebutuhan gizi.
Pengertian tentang
kemiskinan ada dua yaitu kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan
absolut dari satu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya,
seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan
relatif adalah tingkat relatif suatu daerah dapat dihitung dengan melihat
proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh sekelompok penduduk dengan
kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang
diterima oleh sekelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya.
2.8 Strategi Mengurangi Kemiskinan
Indonesia memang
telah mencapai hasil yang memuaskan dalam menurunkan tingkat kemiskinan sejak
tahun 1960-an dan juga telah berhasil mengurangi efek dari krisis. Tetapi
Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar dalam upaya mengangkat
sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan dan kepapaan, yaitu:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa
adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Pada periode
setelah krisis, berkurangnya penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena
membaiknya stabilitas ekonomi dan turunnya harga bahan makanan. Untuk
menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi merupakan suatu keharusan.
2. Peningkatan pelayanan sosial bagi
masyarakat miskin. Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang
pelayanan sosial agar manfaat dari pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan
dalam efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai
dengan mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum,
termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan desentralisasi. Hal ini akan
membuat penyedia jasa mengenali tanggung jawab mereka dalam menjaga kualitas
pelayanan yang diberikan, disamping memberikan kesempatan bagi pemerintah dan
masyarakat untuk mengawasi aktifitas tersebut.
3. Perlindungan bagi si miskin.
Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Hampir 40 persen dari
penduduk, hidup hanya sedikit di atas garis kemiskinan nasional dan mempunyai
pendapatan kurang dari US$2 per hari. Perubahan sedikit saja dalam tingkat
harga, pendapatan dan kondisi kesehatan, dapat menyebabkan mereka berada dalam
kemiskinan, setidaknya untuk sementara waktu. Program perlidungan sosial yang
ada tidaklah mencukupi dalam menurunkan tingkat resiko bagi keluarga miskin,
walaupun memberikan manfaat pada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat
diperbaiki dengan menyediakan program perlindungan sosial yang lebih bermanfaat
bagi penduduk miskin serta masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.
2.9 Sepuluh Langkah Menaklukan Kemiskinan
Penanganan
berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang
jelas. Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat
acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk
strategi penanggulangan kemiskinan. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh
pemerintahan baru adalah menyelesaikan dan mengadaptasikan rancangan strategi
penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan. Kemudian hal ini dapat
dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut ini dijabarkan sepuluh langkah
yang dapat diambil dalam mengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan
tersebut.
1.
peningkatan fasilitas jalan
dan listrik di pedesaan.
- perbaikan tingkat
kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik.
- penghapusan
larangan impor beras.
- pembatasan pajak
dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin.
- pemberian hak
penggunaan tanah bagi penduduk miskin.
- membangun
lembaga-lembaga pembiayaan mikro yang memberi manfaat pada penduduk
miskin.
- perbaikan atas
kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisi untuk sekolah
menengah.
- mengurangi tingkat
kematian ibu pada saat persalinan.
- menyediakan lebih
banyak dana untuk daerah-daerah miskin.
- merancang
perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menentukan suatu negara dapat dikatakan sebagai
negara pertumbuhan yaitu dengan cara menghitung pendapatan nasional riilnya,
karena itu dianggap sebagai suatu kinerja bagi setiap negara. Disisi lain dalam
makalah ini juga membahas penghambat dalam pembangunan ekonomi disebabkan oleh
berbagai macam masalah, diantaranya distribusi pendapatan, dan kemiskinan.
Pembahasan masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan
ini sebenarnya sulit untuk dipisahkan. Lewat pemahaman yang mendalam akan
masalah ketidakmerataan dan kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk
menganalisis masalah pembangunan yang lebih khusus. Perhatian terhadap
kemisikinan semakin meningkat, masalah kemiskinan semakin meningkat. Perhatian
tersebut mencakup berapa luasnya masalah kemiskinan, definisi, dan sebab-sebab
yang menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan setidaknya dapat dilihat dari 2 sisi,
yaitu: kemiskinan absolute, dimana dengan pendekatan ini diidentifikasikan
jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tertentu. Kedua, kemiskinan
relatif, yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing
golongan pendapatan. Dengan kata lain, kemiskinan relatif amat erat kaitannya
dengan masalah distributif pendapatan.
3.2 Saran
Terjadinya
berbagai masalah dalam pembangunan ekonomi setiap negara sebaiknya lebih
diperhatikan, karena banyak sekali setiap masyarakat yang merasakan dampaknya,
salah satunya kemiskinan yang menjadi masalah pokok setiap negara di dunia.
Cara
yang tepat yaitu dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jumlah
penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan tanpa adanya
pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Pada periode setelah
krisis, berkurangnya penduduk miskin lebih banyak disebabkan karena membaiknya
stabilitas ekonomi dan turunnya harga bahan makanan. Untuk menurunkan tingkat
kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi merupakan
suatu keharusan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad,
Lincoln. 1998. Ekonomi Pembangunan.
Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN
Kuncoro,
Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan.
Yogyakarta : Penerbit UPP AMP YKPN
Wikipedia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi. Diakses pada tanggal
14 Maret 2013.
Komentar
Posting Komentar