BAB I
PENDAHULUAN
Dualisme adalah
konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang
hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah
entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato dan Aristoteles
dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan
dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa
"kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa
diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik. Versi dari dualisme yang
dikenal secara umum diterapkan oleh René
Descartes (1641),
yang berpendapat bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang
pertama kali mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan
membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang
pertama merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang.
Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis monisme,
termasuk fisikalisme
dan fenomenalisme. Substansi
dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme,
tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent
sehingga akan hanya bertentangan dengan materialisme non-emergent. Selain itu,
Dualisme juga merupakan
suatu keadaan di mana “sang
superior” hidup berdampingan dengan “sang
inferior” namun tidak memiliki hubungan yang erat, tidak akan mati dengan
sendirinya oleh karena alasan waktu,
bahkan jurang pemisah antara “sang superior” dan “sang inferior” makin terbuka
lebar seiring perkembangan zaman. Dualisme dapat dipandang dari berbagai
kasanah, seperti sosial, teknologi, geografi (kawasan), dan ekonomi. Dalam hal ini
yang akan dibahas adalah dari sudut pandang ekonomi.
Teori dualisme pertama kalinya dikemukakan oleh seorang ekonom Belanda,
J.H. Boeke. Teorinya berasal dari suatu fenomena di mana konsep ekonomi Barat
yang dibawa dan diterapkan oleh para penjajah ternyata tidak mampu untuk
mensejahterakan rakyat jajahannya (dalam hal ini rakyat Indonesia). Dalam
artian mengalami kegagalan.
Negara eks jajahan (sekarang bisa disebut negara sedang berkembang) memiliki
pola dan sistem sosial yang berbeda dengan negara Barat. Pada awalnya pola dan
sistem sosial Barat memiliki daya penetrasi yang cukup kuat untuk masuk ke
dalam sistem sosial negara jajahannya. Keduanya hidup berdampingan antara
sistem sosial liberal Barat dengan sistem sosial lokal negara jajahan (dalam hal
ini Indonesia). Tetapi memang pada dasarnya adalah berbeda, tidak mungkin untuk
disama- samakan Penetrasi yang dilakukan ternyata tidak (bisa dibaca: kurang)
bermakna dan menyokong satu dengan lainnya. Semuanya kelihatan semu, cantik di
luar namun ada borok di dalamnya. Tidak menyembuhkan penyakit yang
sesungguhnya.
Sang superior dan inferior yang dimaksud dalam
dualisme ekonomi Indonesia adalah industri dan pertanian. Industri
diagung-agungkan oleh kebanyakan pihak, dipandang sebagai penggerak utama perekonomian
bangsa, sementara sektor pertanian (kerakyatan), sang soko guru ekonomi, hanya
dipandang sebelah mata atau mungkin tidak dipandang sama sekali.
b. Tujuan
Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi beberapa
tujuan sebagai berikut :
1.
Memberikan
penjelasan mengenai dualisme dalam perekonomian
2.
Memberikan
jenis jenis dualisme yang ada dalam sistem perekonomian
3.
Menjelaskan
pengaruh dualisme dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
4.
Memenuhi
tugas mata kuliah ekonomi pembangunan
c. Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi
dari dualisme dan dualisme pembangunan?
2.
Adakah jenis-jenis
dari dualisme tersebut?
3.
Bagaimana
pengaruh dualisme dalam pembangunan ekonomi di Indonesia?
d. Pembatasan
Masalah
Pengaruh dualisme dalam perekonomian Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dualisme
Dualisme merupakan suatu konsep yang sering di
bicarakan dalam ekonomi pembangunan. Konsep dualisme ini memiliki 4 unsur
pokok, yaitu :
1.
Dua
keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat “superior” dan keadaan yang
lainnya bersfat “inferior” yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu
yang sama.
2.
Kenyataan
hidup berdampingannya dua keadaan yang berbeda tersebut bersifat kronis dan
bukan transisional.
3.
Derajat
superioritas atau inferioritas itu tidak menunjukkan kecenderungan yang
menurun, bahkan terus meningkat.
4.
Keterkaitan
antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan bahwa keberadaa
unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak
berpengaruh sama sekali dalam mengangkat unsur inferior. Bahkan kenyataannya,
unsur yang superior tersebut sering kali justru menyebabkan timbulnya kondisi
keterbelakangan (
under development).
Setelah mengetahui konsep konsep dari dualisme,
berikut ini adalah beberapa definisi dari para ahli mengenai Dualisme :
·
J.H Boeke (1953)
Dualisme disini berarti dalam waktu yang sama
didalam masyarakat terdapat dua gaya sosial yang jelas berbeda satu sama lain,
dan masing-masing berkembang secara penuh serta saling mempengaruhi.
·
Bachirawi Sanusi (2004)
Dualisme merupakan himpunan masyarakat yang
berbeda yang memungkingkan pihak yang termasuk superior dan inferior hidup
berdampingan disuatu tempat yang sama.
·
Drs. Irawan M.B.A (2002)
Dualisme Ekonomi yaitu kegiatan ekonomi dan
keadaan ekonomi serta keadaan yang lain dalam suatu masa tertentu, atau dalam
suatu sektor ekonomi tertentu yang memiliki sifat tidak seragam.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dualisme
adalah dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat superior dan
keadaan lainnya bersifat inferior yang hidup berdampingan pada ruang dan waktu
yang sama. Dengan adanya dua keadaan yang berbeda ini tentunya akan memiliki
pengaruh tersendiri bagi suatu negara yang secara tidak langsung menganut
sistem dualisme ekonomi ini.
2.2 Jenis
– Jenis Dualisme
Setelah mengetahui konsep dualisme, maka
dualisme sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini didasari pada
dalam aspek apa dualisme tersebut berkembang. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai jenis-jenis dualisme.
a. Dualisme
Sosial
Tahun 1910, seorang ekonom Belanda, J.H Boeke
menyatakan bahwa pemikiran ekonomi Barat tidak dapat diterapkan dalam memahami
permasalahan perekonomian negara-negara jajahan (tropis) tanpa suatu
“modifikasi” teori. Jika ada pembagian secara tajam, mendalam dan luas yang
membedakan masyarakat menjadi dua kelompok, maka banyak masalah sosial dan
ekonomi yang polanya sangat berbeda dengan teori ekonomi Barat sehingga pada
akhirnya teori tersebut akan kehilangan hubungannya dengan realitas dan bahkan
kehilangan nilainya. Boeke menganggap bahwa prokondisi dari dualismenya adalah
hidup berdampingannya dua sistem sosial yang berinteraksi hanya secara marginal
melalui hubugan yang sangat terbatas antara pasar produk dan pasar tenaga
kerja.
Prinsip pokok tesis Boeke adalah pembedaan
antara tujuan kegiatan ekonomi di Barat dan di timur secara mendasar. Ia
mengatakan bahwa kegiatan ekonomi di Barat berdasarkan pada rangsangan
kebutuhan ekonomi, sedangkan Indonesia disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan
sosial. Suatu masyarakat yang memiliki dua sistem sosial atau lebih disebut
masyarakat dualistik atau majemuk. Dalam masyarakat dualistik, ada dua sistem
sosial yang hidup secara berdampingan dimana yang satu tidak dapat sepenuhnya
menguasai yang lainnya, demikian sebaliknya. Keadaan ini disebabkan oleh adanya
sistem sosial yang lebih modern terutama berasal dari negara-negara Barat yang
kemudian berkembang di negara lain sebagai akibat dari adanya penjajahan dan
perdagangan internasional sejak abad yang lalu.
b. Dualisme
Ekologi
Menurut Clifford Geertz (1963), dualisme
ditandai perbedaan-perbedaan dalam sistem ekologis. Hal ini membentuk pola-pola
sosial dan ekonomi tertentu yang menyatu didalamnya dan membentuk suatu
keseimbangan internal. Geertz menjelaskan konsepnya tentang dualisme ekologis
ini dengan menggunakan kasus Indonesia. Ia menjelaskan adanya perbedaan antara
“Indonesia Dalam” dan “Indonesia Luar”. “Indonesia Dalam”, dalam hal ini Jawa,
merupakan sistem ekologis padat karya yang ditandai oleh pertanian padi, tebu,
dan tanaman lainnya yang membutuhkan iklim tropis dan semi tropis serta
membutuhkan banyak air. Sementara “Indonesia Luar” ditandai oleh pertanian yang
padat modal, seperti : produk tambang, karet dan kelapa sawit.
Menurut Bachirawi Sanusi (2004), Dualisme
merupakan himpunan masyarakat yang berbeda yang memungkinkan pihak yang
termasuk superior dan yang inferior hidup berdampingan disuatu tempat yang
sama.
c. Dualisme
Teknologi
Higgins, merupakan salah satu pakar ekonomi
yang menolak gagasan Boeke mengenai dualisme dalam sistem sosial. Menurut
Higgins, awal mula dualisme berasal dari perbedaan teknologi antara sektor
modern dan sektor tradisional. Menurut Higgins, teknologi impor yang digunakan
dalam sektor modern bersifat hemat tenaga kerja (labour saving) sehingga modal lebih banyak digunakan. Keadaan ini
berbanding terbalik dengan keadaan sektor tradisional yang ditandai oleh
penggunaan metode produksi yang padat tenaga kerja. Kurangnya pembentukan modal
pada sektor tradisional menyebabkan perkembangan sektor ini sangat terbatas.
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana
didalam suatu kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik produksi yang berbeda
dengan kegiatan ekonomi lainnya sehingga menyebabkan perbedaan tingkat
produktivitas yang sangat besar, dalam hal ini teknologi modern sangat berperan
penting.
Teknologi modern yang dimaksud diatas berkisar
pada sektor industri pertambangan, industri transportasi dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan ekonomi yang tingkat teknologinya masih rendah yaitu :
pertanian, industri rumah tangga, organisasi produksi tradisional dan lain
lain.
d. Dualisme
Finansial
Myint (1967) meneruska studi Higgint mengenai
proses terjadinya dualisme. Dalam analisis Myint, beliau mengemukakan mengenai
dualisme finansial. Hal ini pun merujuk pada pengertian bahwa pasar uang dalam
negara jajahan (NSB) dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu pasar uang yang
terorganisir dengan baik (organized money
market) dan pasar uang yang tidak terorganisir (unorganized money market).
Pasar uang yang terorganisir dengan baik
terdiri dari bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan non-bank. Lembaga
ini terdapat di pusat-pusat bisnis dan kota-kota besar, serta memiliki tujuan
untuk menyediakan pinjaman kepada perusahaan yang bergerak dalam bidang
perkebunan tanaman ekspor dan pertambangan. Namun setelah NSB mencapai
kemerdekaan, pemerintah mengadakan usaha yang sifatnya mendorong
lembaga-lembaga keuangan modern untuk memberikan pinjaman kepada sektor ekonomi
lainnya, terutama sektor industri dan pertanian rakyat.
Sedangkan dalam keadaan sebaliknya, tidak ada
lembaga keuangan formal seperti bank atau lembaga keuangan non-bank. Contohnya
seperti petani kaya atau rentenir. Ciri penting dari pinjaman melalui lembaga
keuangan informal ini yaitu tingkat biaya yang sangat tinggi. Namun, karena
lembaga informal ini merupakan satu satunya penyalur dana, para petani
menyukainya karena prosedur peminjaman dananya yang tidak terlalu rumit.
e. Dualisme
Regional
Dualisme regional adalah ketidakseimbangan
tingkat pembangunan antar berbagai daerah dalam satu negara. Konsep dualisme
regional ini tidak hanya terjadi di NSB saja. Perbedaannya, ketidakseimbangan
yang terjadi pada negara maju tidaklah separah yang terjadi di NSB.
Dualisme regional ini memusatkan perhatiannya
pada masalah kesenjangan yang terjadi pada kesejahteraan antar daerah.
Misalnya, di NSB ada beberapa daerah yang berkembang sangat pesat sehingga
keadaan ekonomi dan sosialnya sudah hampir menyamai negara maju, sedangkan
daerah lainnya mengalami perkembangan yang sebaliknya atau bahkan mengalami
kemunduran.
Dualisme regional yang semakin buruk dapat
menimbulkan masalah-masalah sosial dan politik yang dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi di NSB. Berikut ini merupakan jenis dari dualisme regional
di NSB :
1.
Dualisme
antara daerah perkotaan dan pedesaan
2.
Dualisme
antara pusat negara, pusat industri dan perdagangan dengan daerah lain dalam
suatu negara.
Dualisme ini merupakan akibat dari investasi
yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dan pedesaan. Ketidakseimbangan ini
akhirnya menyebabkan kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan semakin besar.
2.3 Pengaruh
Dualisme dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia
Dualisme terkait sekali dengan adanya dua
kekuatan berbeda yang hidup berdampingan dalam waktu yang sama. Dalam uraian
diatas telah dijelaskan mengenai beberapa jenis dualisme yang berkembang dalam
NSB. Mulai dari sistem sosial, ekologis, teknologi, finansial sampai regional,
semuanya di pengaruhi oleh sistem dualisme ini.
Akibat adanya dua unsur yang berbeda, tidak
dapat dipungkiri bahwa dualisme ini memberikan efek yang negatif dalam
perekonomian yang perkembangannya masih belum begitu tinggi. Seperti halnya
pada negara yang sedang berkembang. Sebagian besar kegiatan-kegiatan ekonomi
pada negara berkembang masih dilaksanakan dengan menggunakan teknik-teknik yang
sederhana dan tradisional. Konsep tradisional ini tentunya akan membawa dua
dampak yang mendasar dalam sistem perekonomian serta sistem sosial yang ada
pada masyarakat. Pertama, dengan sistem yang masih tradisional produktivitas
yang dihasilkan akan rendah. Kedua, terbatasnya usaha yang menuju ke arah
pembaharuan atau perubahan. Adanya sikap takut akan pembaharuan, akan
mengakibatkan produktivitas yang rendah tidak akan mengalami perubahan dari
masa ke masa. Hal ini akan membawa dampak yang kurang baik terhadap mekanisme
pasar, atau yang biasa kita sebut dengan ketidak sempurnaan pasar.
Dalam pasar yang sempurna, faktor-faktor
produksi memiliki mobilitas yang tinggi dan dapat saling menggantikan satu sama
lain. Hal ini tidak terjadi di negara yang memiliki ketidaksempurnaan pasar.
Adanya sektor tradisional dan sektor modern menyebabkan adanya perbedaan
tingkat upah yang diterima oleh setiap individu. Penguasaan teknologi menjadi
dasar dalam menghitung upah setiap orang dan pendidikan serta keterampilan yang
dimiliki oleh seseorang dalam bekerja akan menjadi penentu upah bagi
masing-masing individu.
Selain itu, ketidaksempurnaan pasar sering kali
disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai keadaan pasar. Para
pekerja tidak menyadari tentang adanya kesempatan kerja yang lebih baik di
sektor atau di daerah lain. Para petani tidak mengetahui adanya cara untuk
meningkatkan produksi dan para pengusaha tidak menyadari kemungkinan untuk
mengembangkan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Adanya kuasa monopoli
dalam perdagangan di sektor tradisional merupakan salah satu contoh
ketidaksempurnaan pasar di negara miskin.
Dalam suatu pasar yang sempurna, para pelaku
ekonomi dianggap rasional. Artinya, setiap orang akan berusaha mencapai tingkat
kepuasan maksimum. Pengamatan yang dilakukan di NSB menunjukkan hasil yang
sebaliknya, yaitu masyarakat tidak berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dan
tidak responsif pada rangsangan baik yang terjadi dalam pasar. Jadi, dapat
diambil kesimpulan bahwa sikap masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan
salah satu faktor yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar di NSB.
Pengaruh ketidaksempurnaan pasar terhadap
tingkat produksi dalam suatu masyarakat dapat ditunjukkan dengan menggunakan
kurva kemungkinan produksi (produstion
possibillities curve), yaitu seperti pada gambar 1.1
Gambar I.I
Kurva AB adalah kurva
kemungkinan produksi negara yang tingkat pembangunannya relatif rendah,
sedangkan kurva PQ menggambarkan kurva kemungkinan produksi suatu negara yang
sudah maju. Kurva kemungkinan produksi ini menunjukkan kemampuan maksimum suatu
negara untuk menghasilkan barang industri, barang pertanian atau kombinasi dari
golongan barang tersebut. Apabila gabungan barang industri dan barang pertanian
ditunjukkan dalam oleh salah satu titik pada kurva tersebut, maka keadaan itu
berarti bahwa sumber daya di negara tersebut digunakan secara penuh (full employment). Negara yang lebih maju
kemampuan memproduksinya lebih besar daripada negara yang lebih miskin. Oleh
karenanya kurva kemungkinan produksinya (PQ) adalah lebih jauh dari titik O
jika dibandingkan dengan kurva kemungkinan produksi dari negara yang lebih
miskin (AB).
Walaupun kemampuan negara
yang relatif miskin dalam memproduksi barang pertanian dan barang industri
lebih terbatas, negara yang seperti itu sering kali tidak mampu mencapai batas
produksi maksimalnya. Salah satu sebabnya yang penting adalah karena adanya
ketidaksempurnaan pasar. Pada umumnya tingkat produksi yang dicapai dalam
negara yang relatif miskin adalah pada titik dibawah kurva kemungkinan produksi
AB, misalnya pada titik M. Apabila tingkat produksi seperti yang ditunjukkan
oleh titik M, maka keadaan tersebut menunjukka bahwa walaupun tidak dilakukan
perbaikan dalam teknologi, akan tetapi apabila dilakukan perbaikan dalam bidang
institusional dan organisasi produksi, jumlah produksi dapat diperbesar lagi.
Berarti tingkat produksi yang baru akan ditunjukkan oleh titik-titik yang terletak
lebih dekat dari kurva AB atau pada kurva itu. Keadaan yang baru ini misalnya
adalah seperti yang ditunjukkan oleh titik N1 atau N2
yang berarti bahwa tingkat produksi nasional telah bertambah tinggi. Titik N1
meunjukkan bahwa tingkat produksi barang pertanian menjadi lebih tinggi,
sedangkan titik N1 menggambarkan bahwa pertambahan produksi yang
terjadi di sektor industri.
Negara miskin, selain kemampuannya dalam memproduksi
produk pertanian dan produk industri yang
masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai batas produksi yang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah
karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping
adanya beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap pembangunan, selanjutnya
sering dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang digunakan dapat menimbulkan dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat pembangunan ekonomi.
·
Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan dibawah ke luar negeri.
·
Kedua, dualisme teknologiakan membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi
kemampuan sektor modern dalam menciptakan kesempatan
kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian untuk berkembang, memperburuk masalah
pengangguran.
Jika hambatan hambatan-hambatan yang
ditimbulkannya terhadap
perkembangan kesempatan kerja dan
perkembangan
sektor pertanian, dan terdapatnya
kemungkinan
untuk mempercepat perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemudian
perbandingan efek positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme
teknolog itidaklah
salah dan tidak memperkukuh kemiskinan yang ada di NSB (negara sedang berkembang).
Tanpa adanya sektor modern, NSB mungkin akan mengelami pertumbuhan
yang lebih lambat daripada yang
telah
dicapainya pada masa lalu.
BAB III
KESIMPULAN
Dualisme adalah dua
keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat superior dan keadaan lainnya
bersifat inferior yang hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
Dualisme sendiri terdiri dari berbagai macam aspek, seperti :
1.
Dualisme
Sosial
2.
Dualisme
Ekologis
3.
Dualisme
Teknologi
4.
Dualisme
Finansial
5.
Dualisme
Regional
Negara miskin, selain kemampuannya
dalam memproduksi produk pertanian dan
produk industri yang masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai batas produksi yang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah
karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping
adanya beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap pembangunan, selanjutnya
sering dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang digunakan dapat menimbulkan dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat pembangunan ekonomi.
·
Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan dibawah ke luar negeri.
·
Kedua, dualisme teknologi akan membawa
tiga dampak negatif, yaitu: membatasi kemampuan sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian untuk berkembang, memperburuk masalah
pengangguran.
Jika hambatan hambatan-hambatan yang
ditimbulkannya terhadap perkembangan kesempatan kerja dan perkembangan sektor
pertanian, dan terdapatnya
kemungkinan untuk mempercepat perkembangan produksi diposisikan
sederajat, kemudian perbandingan efek positif dan negatif yang
ditimbulkan, maka dualisme teknolog tidaklah salah dan tidak memperkukuh kemiskinan
yang ada di NSB (negara sedang
berkembang). Tanpa adanya sektor modern, NSB mungkin akan mengelami
pertumbuhan yang lebih lambat daripada yang telah dicapainya pada
masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan.
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Drs. Irawan M.B.A. 2002. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta:
BPEE-YOGYAKARTA.
Masalah Dualisme. http://id.scribd.com/doc/44314508/Masalah-Dualisme. Di akses tanggal 21-02-2013, jam 11.40
Wiryatullah, Imam. Ekonomi Dualistik. http://www.slideshare.net/imamwiryatutah/ekonomi-dualistik-pptx. diakses tanggal 23-03-2013, jam 10.53
Nice sis wkwk
BalasHapus😘
BalasHapus