Brand Engangement

Sebuah merek memainkan peranan penting bagi sebuah produk dan perusahaan. Membentuk jalinan kuat antara konsumen dan merek menjadi tujuan utama dari aktivitas pemasaran. Faktor penting dalam memahami perilaku konsumen dapat ditentukan melalui bagaimana konsumen menggunakan suatu merek. Diantara banyak cara konsumen berinteraksi dengan produk atau merek tertentu, brand engagement salah satu prediktor terkuat dalam menentukan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Pengetahuan akan suatu merek tidaklah cukup bagi menentukan loyalitas konsumen terhadap produk, sehingga dibutuhkan keterikatan emosional dalam bentuk komitmen terhadap suatu merek atau kecintaan merek. Keterikatan tersebut dapat diidentifikasi melalui adanya sikap yang didasarkan atas kemauan untuk mempertahankan hubungan jangka panjang degan suatu merek tertetu. Secara definisi brand engagement dapat diartikan sebagai proses pembentukan hubungan yang bermakna antara konsumen dengan sebuah brand, dimana dalam proses ...

Sejarah Pemikiran Ekonomi : Mazhab Neoklasik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses yang panjang. Perkembangan dunia diikuti juga oleh perkembangan pemikiran disemua bidang kehidupan, tidak terkecuali dibidang ekonomi. Perkembangan awal mengenai teori ekonomi klasik dilanjutkan oleh munculnya teori neoklasik.
Jika pada mazhab Klasik mengutamakan segi pasok dan biaya produksi dan barang dan jasa yang bersangkutan, maka pada mazhab Klasik menjelaskan kenyataan bahwa ekonomi masyarakat yang sudah majemuk ditandai dengan beralngsungnya proses tukar-menukar dalam transaksi jual-beli di pasar.
Pokok permasalahan berkisar pada soal penawaran dan permintaan harga (supply-demand-curve). Dalam tingkat akhir, nilai suatu barang ditentukan oleh penilaian subjektif dari pihak konsumen. Berdasarkan pertimbangan pokok tersebut dikembangkan pengertian kepuasan marginal. Oleh sebab itu, mazhab Neo-Klasik sering disebut dengan aliran kepuasan marginal.

1.2  Perumusan Masalah
        Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
Masalah-masalah apa saja yang terjadi dalam bidang ekonomi pada mazhab Neo-Klasik dan gagasan-gagasan ekonomi yang telah ditemukan.

1.3  Tujuan Penulisan
            Pembahasan kami pada makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam seluk beluk pemikiran para pakar ekonomi Neoklasik dalam mengkaji berbagai macam permasalahan ekonomi, dikaitkan langsung dengan revansinya dalam praktek ekonomi.
1.4  Metode Penulisan
             Dalam melakukan penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan.

1.5  Sistematika Penulisan
             Makalah ini dirangkai menjadi tiga bab. Secara umum bab-bab tersebut membicarakan pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
             BAB I      : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
                   BAB II     : PEMBAHASAN
                                      Berisi tentang penjelasan dari masalah-masalah yang ditemukan.
                   BAB III   : PENUTUP
Pada bab terakhir ini, penulis ingin menyampaikan beberapa kesimpulan dari makalah ini
DAFTAR PUSTAKA




BAB II
PEMBAHASAN

Dalam bagian akhir abad XIX telah muncul pemikiran-pemikiran baru dari sekelompok pakar ekonomi. Pemikiran mereka ini masih berlandaskan dasar-dasar teori yag di letakkan sebelumnya oleh para pengarang mazhab klasik. Dalam pada itu para ilmuwan yang dimaksud menganut pangkal haluan yang sama dalam pedekatannya terhadap masalah-maslaah ekonomi, yaitu : penekanan terhadap segi kebutuhan dan permintaan akan barang dan jasa. Penilainan subjektif oleh pihak peminta/pembeli mengenai faedah(utility) sesuatu barang(atau jasa) bagi peminta/pembeli itu menjadi faktor yang menentukan nilai dan harganya.
Semua aliran Neo-Klasik dari tempat-tempat yang berbeda yang disebut di atas berpangkal tolak pada pendapat : Faedah marginal suatu barang ditentukna oleh penilaian subjetif dari peminta/pembeli. Pangkal pikiran inilah yang dalam hakikatnya membedakan pandangan para pakar mazhab Klasik sebelumnya. Oleh sebab itu, mazhab Neo-Klasik sering juga diberi julukan sebagai “aliran faedah marginal).
Dalam hubungan ini harus diungkapkan bahwa pengertian dan istilah faedah dan faedah marginal (utility dan marginal utility) itu sebenarnya bersumber awal pada gagasan seorang pemikir berbangsa Jerman, Herman Gossen (1810-1858) mengenai nutzen dan grenznutzen yang sudah dibeberkannya pada pertengahan abad XIX, jadi beberapa dasawarsa sebelum munculnya karya-karya ilmiah para pakar dari mazhab Neo-Klasik.
2.1 Herman Heinrich Gossen, Enwicklung der Gesetze des menschlichen Verkehrs und die darausfliessenden Regeln fuer menschliches Handeln (1854)
     Gossen (1810-1858) merupakan pemikir berbangsa Jerman yang mengungkapkan istilah kepuasan (utility) dan kepuasan marginal (marginal utility). Gagasan awalnya bersumber mengenai nützen dan grenznützen yang dijelaskannya pada abad XIX.
     Di antara pemikiran-pemikiran Gossen mengenai berbagai bidang permasalahan ekonomi, terdapat dua pemikiran dasar yang menonjol yang kemudian dikenal dengan dua hukum Gossen.
     Hukum Gossen yang pertama menyangkut kepusan marginal suatu barang yang cenderung semakin berkurang dengan semakin bertambahnya jumlah barang tersebut. Jika jumlah barang tersebut semakin bertambah, maka kepuasan tersebut akan berkurang sampai mencapai suatu batas. Kepuasan pada batas yang masih dapat dinikmati disebut kepuasan marginal (marginal utility). Lewat dari dari batas itu, maka bertambahnya persediaan barang yang bersangkutan menyebabkan nilai barang tersebut sudah tidak mempunyai arti bagi konsumen. Kepuasan marginal tersebut ditentukan oleh penilaian subjektif dari pihak konsumen dan merupakan dasar nilai bagi nilai dan harga dari barang yang bersangkutan.
     Hukum Gossen yang kedua menyangkut bahwa kepuasan maksimal akan diperoleh jika kepuasan marginal masing-masing dari semua jenis barang kebutuhan menjadi sama besarnya pada tingkat dimana daya dan dananya habis terpakai. Dengan kata lain, pemanfaatan optimal dari dana yang tersedia untuk mencapai kepuasan marginal bagi pemakai akan terlaksana jika ada semacam penyamarataan di antara kepuasan marginal dari masing-masing jenis barang yang diperoleh. Hukum yang kedua ini berdasarkan pendapat bahwa kebutuhan dan selera manusia akan barang dan jasa meliputi jumlah yang banyak dan berbagai macam sifat dan jenisnya. Di sisi lain, sumber daya dan dana yang tersedia bagi peminat selalu terbatas pada kebutuhan yang diinginkan. Hukum Gossen yang kedua ini menunjukkan bahwa penggunaan dana akan membawa kepuasan maksimal.
2.2 Eugen von Bohm-Bawerk, Kapital und Kapitalzins : Vol. 1, Geschichte und Lritik der Kapita zinstheorien (1884); Vol. 2, Die Positive Theorie des Kapitals (1889)
Di zamannya Bohm-Bawerk dianggap oleh umum sebagai salah seorang pakar ekonomi diantara yang paling brilian dalam dunia ilmu pengetahuan. Sebelumnya ia menjabat tiga kali sebagai Menteri Keuangan Kerajaan Austria-Hongoria dan diaangap berhasil dalam penerbitan keuangan negara dan pengelolaan kebijaksanaannya.

Teori Bohm-Bawerk tentang Nilai dan Harga
Dalam pandangan Bohm-Bawerk, masalah nilai dan harga menyangkut hubungan umum antara barang-barangyang mengandung faedah (nutzen) unutk memenuhi kebutuhan. Sejumlah jenis barang dapat dimanfaatkan untuk berbagai rupa kebutuhan, kegunaannya lebih dari satu jalur.
Teori Bohm-Bawerk tentang Distribusi Pendapatan
Dalam pandangan bohm-Bawerk dan pendekatannya terhadap ekonomi masyarakat, para pelaku aktif dalam proses kegiatan ekonomi terbagi golongan angkatan kerja, golongan pemillik tanah atau penguasa tanah, golongan kapitalis, dan enterpreneur (wirausaha).
Golongan-golongan tersebut dibedakan menurut fungsi dan peranannya dalam prosesproduksi dan pembentukan pendapatan (sebagai hasil produksi). Ciri tenaga kerja dan pemilik tanah ialah masing-masing mewakili atau menguasai suatu jenis faktor produksi. Bahhian pendapatan yang diperuntukkan bagi tenaga kerja ialah sebagai imbalan jasa kepada perannya dalam proses ekonomi, imbalan jasa bagi fungsi ekonominya. Demikian pula bagian pendapatan yang diterima oleh pemilik tanah ialah sebagai imbalan jasa bgi peran tanah dalam proses produksi (tanah dalam fungsi ekonominya), terlepas dari perilaku atau peranan pribadi si pemilik tanah. Jadi, upah yang dibayar dan diterima ialah untuk fungsi pekerjaan dan sewa tanah untuk fungsi tanah, masing-masing dalam proses produksi.
Dalam proses produksi barang tertentu, alat-alat produksi yang digunakan merupakan barang-barang yang komplementer. Artinya, satu jenis barang produksi hanya berfungsi dalam kombinasi  dengan jenis-jenis barang produksi lainnya. Barang –barang produksi hanya mengandung nilai oleh karena barang-barang itu secara bersamaan menghasilkan barang konsumsi.
Hukum mengenai biaya produksi dapat disimpulkan sebagai kasus khusus hukum mengenai faedah marginal. Artinya, fenomena adanya biaya produksi merupakan pencerminan dari nilai subjektif (yang menentukan faedah marginal tadi).
Teori Bohm-Bawerk tentang Modal dan Bunga
Bohm-Bawerk menunjuk pada perbedaan antara dua pengertian tentang modal, yaitu modal sebagai alat produksi secara fisik dan midal sebagai sumber untuk memperoleh pendapatan sebagai imbalan jasa. Segi yang diutamakan dalam teori Bohm-Bawerk ialah modal sebagai alat produksi (barang produksi).
Produksi diaangap sebagai suatu proses transformasi (penjelmaan) dari materi atau bahan dasar untuk membuat barang yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Di zaman modern, hal itu terlaksana dengan mengerahkan tenaga kerja besera sumber-sumber daya produksi lainnya untuk membuat terlebih dahulu barang-barang alat produksi yang tidak bisa dikonsumsi dengan segera.
Pandangan Bohm-Bawerk tentang masalah bunga dikenal kemudian secara luas sebagai teori agio. Tema pokok dalam teori agio ialah bahwa barang dan jasa yang tersedia pada saat ini dinilai lebih tinggi (mendapat agio), dibandingkan dengan barang dan jasa itu yang baru tersedia pada suatu saat di masa depan.
Bohm-Bawerk mengemukakan tiga pertimbangan dasar (drei Grunde), mengapa barang-barang yang tersedia saat ini mengandung n lai subektif yang lebih tinggi, dibandingkan dengna penilaian subjektif atas barang-barang itu di masa depan, walaupun dalam jumlah dan jenis yang sama.
Pertimbangan yang pertama ialah karena dalam suatu perpspektif tentang masa depan selalu terkandung harapan bahwa di masa depan itu juga akan tersedia lebih banyak dana pendapatan untuk membeli barang guna memenuhi kebutuhan nanti bila tiba saatnya.
Pertimbangan yang kedua berkenaan dengan kecenderungan pada perilaku manusia untuk meremehkan (dalam arti perkiraan yang terlalu rendah) kebutuhannya di masa depan, baik mengenai jumlahnya maupun mengenai jenis kebutuhan itu.
Pertimbangan yang ketiga berkaitan dengan teknik produksi dalam masyarakat kapitalis modern. Kini nampak arti dan peranan gagasan Bohm-Bawerk tentang proses produksi secara tidak langsung, sebagaimana telah diutarakan diatas tadi. Berdasarkan proses produksi tidak langsung itu akan diperoleh hasil tinggi. Akan tetapi proses tidak langsung juga berarti bahwa khalayak harus menuggu sampai saat tersediannya hasil itu dalam jumlah yang lebih banyak dan nilai yang lebih tinggi.
2.3 Alfred Marshall
Alfred Marshall bapak ilmu ekonomi Neoklasik merupakan ahli ekonomi yang paling berpengaruh di zamannya. Melalui bukunya yang berjudul Principles of Economy (1890), ia mengembangkan ide tentang penawaran dan  permintaan, marginal utility dan biaya produksi dalam suatu koherensi. Ia dikenal sebagai salah satu penemu ekonomi.
Karya pemikiran Marshall secara garis besar diantaranya :
Teori Perilaku Konsumen (Theory of Consumers Behavior)
Alfred Marshall mengembangkan sintesis pengertian tentang nilai subjektif pada faedah marginal dengan unsur objektif yang melekat pada pengertian biaya marginal. Nilai dan harga barang di pasar dipengaruhi baik oleh konsumen maupun produsen. Konsumen mempengaruhi harga dengan mendasarkan pada penilaian subjektif pada suatu barang, yang secara keseluruhan membentuk permintaan pasar.
Umumnya, konsumen akan meneruskan pembelian terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama karena telah mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya. Teori ini dapat disimpulkan bahwa konsumen memiliki loyalitas tinggi terhadap merek suatu produk yang mampu memberikan kepuasan, nilai tersendiri bagi pemakainya dan adanya bukti nyata akan kualitas dan kehandalan yang ditawarkannya.
Perilaku semacam ini bukan berarti menjadikan merek tertentu sebagai market leader dan tidak perlu lagi untuk melakukan komunikasi pemasaran secara terpadu. Berdasarkan teori kepuasan marginal di atas, terdapat asumsi-asumsi yang biasanya dipakai yaitu bahwa:
a. Konsumen memaksimumkan kepuasan berbatas pada kemampuan finansialnya,
b. Konsumen mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber,
c. Ia selalu bertindak dengan rasional.

Disisi lain, Biaya rill oleh Marshall diartikan sebagai “pengorbanan” dari pihak tenaga kerja, sama halnya dengan “pengorbanan” dari pihak pemilik modal yang menyediakan jasa dana modalnya. Pengorbanan pihak tenaga kerja itu disebut sebagai disutility of labour, sedangkan pengorbanan pihak pemilik modal disebut sebagai waiting (pemiliknya harus menunggu selama beberapa waktu sebelum jasa modal membuahkan imbalan jasanya berupa bunga bagi pemilik yang bersangkutan).
Selain itu, Alfred Marshall juga mengemukakan tentang paradoks nilai suatu barang yang diterapkan pada kasus intan dan air yang menyempurnakan paradoks nilai suatu barang yang dikemukakan oleh kaum klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan keadaan yang berlawanan dengan pendapat umum (paradoks). Menurut kaum klasik nilai sebuah barang merupakan nilai dalam penggunaan, sementara harga mewakili nilai dalam pertukaran sehingga bila manfaat suatu barang sangat besar maka semakin tinggi nilainya.
Menurut kaum neoklasik nilai atau harga intan lebih tinggi dari nilai air bukan karena biaya untuk mendapatkan intan lebih besar daripada untuk mendapakan air, melainkan karena utilitas marginal(utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan terakhir) yang besar. Karena itu, orang mau menghargai intan lebih tinggi daripada air. Inti pandangan neoklasik mengenai harga suatu barang yaitu ditentukan oleh marginal utility.
Teori Harga
Menurut Alfred Marshall, harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen.



Selain itu ada juga kontribusi pemikiran Marshall tentang persamaan kuantitas uang: Kebutuhan uang untuk transaksi ini berkembang secara proporsiaonal dengan tingkat pendapatan nasional, seperti terlihat dalam model persamaan berikut :
Mt = k.Y
Persamaan ini dikembangkan oleh Alfred Marshall, Dimana :
Mt = Kebutuhan uang untuk transaksi di suatu waktu
Y = Pendapatan nasional
K = Besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian dari
       pendapatan/kekayaannya dalam bentuk kas
Consumers’ Surplus dan Produsers’ Surplus (Surplus Konsumen dan Surplus Produsen)
Ciri lain dalam kerangka pemikiran Marshall ialah apa yang disebut sebagai consumers’ surplus. Pengertian kata ini mencerminkan kelebihan kepuasan yang dinikmati konsumen dalam arti : konsumen itu membeli barang dengan harga yang tingkatannya lebi rendah, padahal konsumen itu sebenarnya bersedia untuk membayarnya dengan harga yang lebih tinggi. Misalnya konsumen sedianya rela untuk membeli barang tertentu dengan harga 100 Rupiah. Dalam transaksi jual beli, ia harus membayar hanta Rp 75. Jumlah Rp 25 yang ternyata tidak perlu dibayar merupakan semacam premi ataupun kelebihan kepuasan bagi konsumen, yaitu consumers’ surplus yang dimaksud tadi. Sebaliknya juga bisa terjadi bahwa dalam keadaan tertentu seorang produsen menikmati kelebihan kepuasan berupa producers’ surplus. Dalam perkembangan kemudian, oleh para pemikir ekonomi lazim digunakan istilah-istilah consumers rent dan producers rent sebagai pengganti consumers surplus yang semula digunakan oleh Alfred Marshall. Hal itu satu sama lain kiranya agar lebih sering dengan land rent sebagai imbalan jasa bagi tanah dengan mutu lahan yang lebih tinggi dibanding dengan tanah di batas yang masih dimanfaatkan dalam proses produksi.

Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran
Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Selain sintesis dan peranan yang berimbang antara biaya marginal dan paedah marginal, serta consumers surplus dan producers surplus, sebagaimana diulas diatas, kini harus disebut tentang konsep elastisitas yang berkaitan dengan sisi permintaan maupun dengan sisi penawaran : elasticity of demand and elasticity of supply. Sehubungan dengan itu juga tentang konsep substitusi (elasticity of subtitusion).
Pengertian kata elastisitas menyangkut respons ataupun reaksi suatu variable terhadap perubahan persentase pada variable lain. Secara sederhana rumus umum dari elastisitas adalah:
 .
Mengenai sifat elastisistas pada permintaan, yang palin sering dihadapi sebagai permasalahan ekonomi adalah elastisitas permintan (reaksinya) terhadap perubahan pada pendapatan (income elasticity of demand). Perubahan perubahan itu dinyatakan dalam persentase.
Elastisitas permintaan terhadap harga menyangkut hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang dibeli (tingkat pembelian) dan mencerminkan perubahan persentase pada tingkat pembelian (jumlah yang dibeli) dibagi oleh perubahan persentase pada tingkat harga.
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan menyangkut hubungan antara tingkat pendapatan seseorang pembeli dan tingkat pembeliannya (jumlah yang dibeli) dan mencerminkan perubahan presentase pada tingkat pembelian dibagi oleh perubahan presentase pada tingkat pendapatan.
2. 4 J.R Hicks, Value And Capital (1939)
    Hicks menjadi terkenal pada saat pembaharuanya tentang konsep equilibrium umum yang didalamnya sudah terkandung unsure dinamika.  Hicks sebagai mahasiswa menimba ilmu di Oxford University dan setelah lulus mengajar di London School of Economics kemudian diangkat menjadi guru besar di  Manchester University, sampai pada akhirnya dia menjadi guru besar di Oxford University sampai akhir masa kariernya.
     Hicks termaksud dalam sekelompok pemikir ekonomi yang dapat dianggap sebagai allround theorists, dengan keahlian yang tinggi disegala cabang ilmu ekonomi. Ia  meraih hadiah nobel,penghargaan tertinggi dalam dunia  ilmu pengetahuan ekonomi ditahun 1972. Karya ilmiahnya mencangkup diantaranya   Teori tentang Upah dan permasalahan tentang ekonomi perburuhan , Teori nilai dalam kaitan dengan teori moneter , Teori tentang sejarah ekonomi , Teori tentang siklus ekonomi , Uraian tentang modal dan pertumbuhan , Ulasan dan penafsiran secara terjabar mengenai pemikiran baru yang sedang dikembangkan J.M. Keynes , dan Teori ekonomi umum, Value and Capital.
     Dalam buku ini pemikiran Hicks diarahkan pada teori nilai dalam keadaan equilibrium umum. Walaupun berpijak pada teori mikro semua hal dikaji dengan memperhatikan serangkaian unsure dinamika dan juga dalam hubungannya dengan teori moneter. Dengan kata lain, Hicks membuka jalur perhubungan kedalam ekonomi makro.yang baru. Hicks mengkaji ulang pandangan Alfred marshall dengan penyorotan yang kritis. Mengadakan perubahan-perubahan penting terhadap seperangkat pemikiran dalam teori marshall mengenai prilaku konsumen. Hicks mengembangkan gagasan yang mantab dalam hal teori tentang nilai subjektif maupun teori tentang equilibrium umum.
     Hicks menunjuk kepada kelemahan-kelemahan nilai pada versi lama ( marshall ). Yang dianggapnya terlalu berat sebelah karena sabgat tergantung dari konsep pengertian tentang faedah (ulitily). Dan dari kecenderungan terus menurunya faedah yang dulu diungkapkan oleh Herman Gossen.
Hicks cenderung pada landasan pemikiran Walras tentang equilibrium umum di pasaran. Hicks mengganggap pola pendekatan walras masih bersifat agak steril. Kiranya yang dimaksud oleh hicks dalam hal ini iyalah statika dalam modal matematik yang dibeberkan oleh waras. Kuncinya iyalah konsep pengertian mengenai temporary equilibrium. Pengaruh tidak langsung dari pasar masa depan berkaitan dengan faktor expectation (dugaan,perkiraan dan pengharapan).  Faktor ekspetasi berlaku oleh para pelaku dipasaran.
Kelemahan dasar pokok tentang peranan unsur monopoli dalam struktur pasar. Ia berpangkal pada postulat ( dalil ) mengenai berlakunya persaingan sempurna dalam pasar barang dan jasa. Faktor monopoli tidak berlaku/tidak besar artinya dalam transaksi-transaksi pasaran. Pendapat tentang pasar persaingan sempurna menurut Hicks tidak banyak menyimpang dari realitas. Sebaliknya unsur monopoli menjalankan peranan yang besar, maka hal itu tidak selaras dengan keadaan equilibrium. Kestabilan equilibrium yang dalam konstruksi pemikiran Hicks disusun dengan begitu rapi, justru akan menjadi tanda tanya besar.
Prasyarat Pasar Persaingan Sempurna menurut Hicks :
1. Para penjual dalam jumlah yang banyak
2. barang dan jasa yang dijual adalah sama dalam jenis,sifat dan mutu
3. pasarnya terbuka bagi penjual-penjual baru
4. dengan begitu di antara para penjual tiada satu pun yang bisa mempenggaruhi harga barang maupun jumlah yang dijual
5. tiap penjual menjual barangnya atas harga pasar yang telah terbentuk
6. para penjual maupun para pembeli mempunyai pengetahuan lengkap tentang perimbang”an keadaan pasar
7. faktor” produksi dapat bergerak secara bebas dan tanpa rintangan diantara sektor” kegiatan ekonomi
8. pendatang” baru bisa melakukan kegiatan penjualan secara bebas
9.satuan” usaha tidak ada perbedaan dalam biaya transpor dalam pengangkutan barang kepada para pembeli
     Kalau diperhatikan secara seksama,maka jelas konsep persaingan sempurna tidak lebih dari sebuah konstruksi pemikiran. Konstruksi pemikiran itu mengandung faedah juga. Hal itu membuat kita memahami hakikat dan sifat problematika yang kita hadapi.
2.5 Irving Fisher
Seorang pelopor dalam penggunaan metode kuantitatif dan teknik matematika dalam pengkajian mengenai masalah-masalah ekonomi.dianggap yang paling tenar diantara ilmuan asal Amerika Serikat. Fisher lulusan Yale University, lalu ia hijrah ke Eropa selama beberapa tahun. Ia menggunjungi pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Austria, Jerman dan Inggris. Ia juga sering bertukar pikiran dengan para pemikir Eropa Barat. Irving Fisher salah satu pelopor dalam penggunaan metode kuantitatif dan teknik matematika dalam mengkaji mengenai masalah-masalah ekonomi.Fisher lazim menggunakan bahan statistik-empiris dan berjasa untuk meningkatkan kegiatan statistik menjadi bidang ilmu pengetahuan.
Tiga Rupa Permasalahan, karya Irving Fisher :
  1. Pencipta teori konsep (angka) indeks dan pengembanganya sebagai peralatan analisis yang sangat berarti dalam kerangka pemikiran teoretis  maupun dalam permasalahan praktis
2.         Teori kuantitas tentang uang dan harga
3.          Teori tentang bunga
Fisher berpendapat bahwa segala sesuatu yang dibentangkan melalui fenomena-fenomena ekonomi harus diukur dan diuji secara statistik operasional. Dalam hubungan ini dikembangkanlah konsep angka indeks, dimulai dengan indeks harga.
The purchasing power of money ( 1911 )
Intipati teori kuantitas tentang uang dan harga ialah bahwa tingkat harga barang adalah sepadan dalam perimbanganya terhadap jumlah pasok uang.
                 MV = PT     
Dimana:
M = Jumlah uang yang beredar
V  = Laju peredaran uang
P  = Tingkat harga
T  = Nilai produksi rill
    
Hakikatnya memang tidak lain dari suatu toutologi, pengulangan kata tanpa menambah kejelasan. Jumlah uang yang beredar dikalikan oleh laju peredaranya dalam jangka waktu tertentu katakanlah satu tahun, menunjukan permintaan total akan barang-barang.
·         Bila jumlah uang dalam peredaran bertambah dengan dua kali lipat, maka harga umum secara proporsional juga akan berubah dua kali lipat.
Dimana :
MV+M’V’
P = ───────
T

P  = Harga
M = Jumlah uang beredar
V  = Laju peredaran uang kartal
M’ = Jumlah uang giro di bank
V’  = Laju peredaran uang giral
T    = Jumlah transaksi
Theory of Interest ( 1930)
Membicarakan modal dan bunga dan melengkapi-memperbaiki gagasan” Bohm-Bawerk. Bohm Bawerk mengartikan modal sebagai barang produksi secara fisik konkrit sedangkan irving fisher menafsirkan pengertian modal sebagai konsep nilai yang mewakili barang ataupun dana. Dalam hubungan ini Fisher membedakan antara arus pendapatan sebagai arus barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perkembangan jangka waktu tertentu, disatu pihak dan pihak lain modal sebagai suatu nilai yang mencerminkan ataupun mewakili stok barang-barang yang ada pada suatu saat tertentu.
Sifat dan Komposisi arus pendapatan :
1. tingkat besar-kecilnya arus pendapatan
2. pola penerimaan dari pendapatan dalam perkembangan jangka waktu tertentu
3. komposisi pendapatan
4. faktor risiko atau ketidakpastian dalam prospek  tersedianya arus pendapatan dimasa mendatang
Pendapat Fisher mengenai sifat dan komposisi arus pendapatan dalam kaitanya dengan tingkat bunga sangat penting bagi pengertian kita, terutama ditinjau dalam sudut perekonomian negara-negara berkembang. Di samping selera subjektif yang tercermin pada hasrat untuk mengutamakan pendapatan untuk saat ini, maka tinggi rendahnya bunga hanya dapat dijelaskan bilamana ikut diperhatikan keadaan objektif sekitar kehidupan seseorang dan pendapatanya.





2.6 Leon Walras
Leon Walras adalah seorang ekonom berkebangsaan Perancis. Ia merumuskan teori nilai marjinal ( dikembangkan lagi oleh William Jevons Stanley dan Carl Menger) dan mempelopori pengembangan teori ekuilibrium umum.
Pemikiran Walras banyak dipengaruhi oleh Auguste Cornout yang merupakan teman ayahnya, ia banyak menggunakan pendekatan  matematis dalam mengkaji ekonomi
Teori keseimbangan Umum (Ekuilibrium Umum)
Pada 1874 dan 1877 Walras diterbitkan Unsur Ekonomi Murni, suatu karya yang membuatnya dianggap sebagai ayah dari teori ekuilibrium umum . Masalah yang Walras ditetapkan untuk memecahkan salah satu dipresentasikan oleh Cournot, bahwa meskipun bisa ditunjukkan bahwa harga akan menyamakan penawaran dan permintaan untuk menghapus pasar individu, tidak jelas bahwa ekuilibrium ada untuk semua pasar secara bersamaan.
Walras menciptakan sebuah sistem persamaan simultan dalam upaya untuk memecahkan masalah Cournot. Ia menyajikan argumen informal bagi adanya keseimbangan yang didasarkan pada asumsi bahwa ekuilibrium ada jika jumlah persamaan sama dengan jumlah yang tidak diketahui.
Langkah penting dalam argumen itu 'Hukum Walras yang menyatakan bahwa mempertimbangkan setiap pasar tertentu, jika semua pasar dalam suatu perekonomian berada pada kesetimbangan, maka pasar tertentu juga harus dalam keseimbangan. Hukum Walras 'bergantung pada gagasan matematika yang menuntut pasar kelebihan (atau, terbalik, pasar kelebihan pasokan) harus jumlah ke nol. Ini berarti bahwa, dalam ekonomi dengan pasar n, adalah cukup untuk menyelesaikan n-1 persamaan simultan untuk membersihkan pasar. Mengambil yang baik sebagai numeraire dalam hal mana harga ditentukan, ekonomi telah n-1 harga yang dapat ditentukan dengan persamaan, sehingga ekuilibrium harus ada. Sebuah versi yang lebih ketat dari argumen ini dikembangkan oleh Kenneth Arrow dan Gerard Debreu pada tahun 1950.

Hukum Walras
Hukum Walras 'adalah prinsip dalam teori ekuilibrium umum menyatakan bahwa kendala anggaran menyiratkan bahwa nilai dari permintaan pasar berlebih (atau, sebaliknya, pasokan pasar berlebih) harus dijumlahkan ke nol.
Walras mencatat proposisi matematis setara bahwa ketika mempertimbangkan setiap pasar tertentu, jika semua pasar lainnya dalam suatu perekonomian berada dalam keseimbangan, maka pasar tertentu juga harus dalam keseimbangan. "Hukum Walras '" Istilah ini diciptakan oleh Oskar Lange [3] untuk membedakannya dari Hukum Say. Beberapa teori ekonomi [4] juga menggunakan istilah untuk merujuk pada proposisi lemah bahwa nilai total kelebihan permintaan tidak dapat melebihi nilai total kelebihan pasokan.
Sebuah pasar untuk komoditi tertentu dalam kesetimbangan jika, pada harga saat ini dari semua komoditas, jumlah komoditi yang diminta oleh pembeli potensial sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual potensial. Misalnya, harga pasar saat ini ceri $ 1 per pon. Jika semua petani cherry dijumlahkan bersama-sama bersedia untuk menjual total 500 pon ceri per minggu di $ 1 per pon, dan jika semua pelanggan potensial dijumlahkan bersama-sama bersedia untuk membeli 500 pon ceri secara total per minggu ketika dihadapkan dengan harga $ 1 per pon, maka pasar untuk buah ceri berada dalam kesetimbangan karena tidak kekurangan atau surplus ceri ada.
Perekonomian berada dalam ekuilibrium umum jika setiap pasar dalam perekonomian berada dalam kesetimbangan. Tidak hanya harus pasar untuk ceri yang jelas, tetapi begitu juga harus semua pasar untuk semua komoditas (apel, mobil, dll) dan untuk semua sumber daya (tenaga kerja dan modal ekonomi) dan untuk semua aset keuangan, termasuk saham, obligasi, dan uang.
'Permintaan Kelebihan' mengacu pada situasi di mana pasar tidak dalam kesetimbangan dengan harga khusus karena jumlah unit item yang diminta melebihi jumlah item yang disediakan pada harga tertentu. Menghasilkan kelebihan permintaan kekurangan ekonomi. Sebuah kelebihan permintaan negatif adalah identik dengan kelebihan pasokan, dalam hal ini akan ada surplus ekonomi dari baik atau sumber daya. 'Permintaan Kelebihan' dapat digunakan lebih umum untuk merujuk pada nilai aljabar kuantitas yang diminta kuantitas dikurangi disediakan, baik positif maupun negatif.
2. 7 Vilfredo Pareto, Manuel d’Economie politique (1909)
     Vilfredo Pareto merupakan pemikir kelahiran Italia yang berasal dari keluarga bangsawan. Setelah Leon Walras mengundurkan diri sebagai guru besar di sekolah Lausanne, maka Pareto diangkat sebagai penggantinya. Pareto secara konsisten menekankan dasar interdependensi di antara fenomena atau variabel-variabel ekonomis dalam system ekulibrium umum.
     Sumbangan Pareto dalam teori ekonomi berkisar pada tiga hal: (1) pengertian tentang indiferensi pada pihak konsumen dan konsep kurva indiferensi (indifference curves) dalam penyusunan suatu teori ekulibrium; (2) pendapatnya mengenai penggunaan sumber-sumber daya produksi secara optimal dalam sistem ekonomi yang awalnya disebut Pareto optimality dan kemudian lebih dikenal dengan Pareto efficiency; (3) pendapatnya yang dikenal dengan hukum Pareto (Pareto’s Law) yang menyangkut masalah distribusi pendapatan.
     Pengertian indiferensi dan kurva indiferensi yang dikembangkan oleh Pareto berawal dari kesulitan untuk mengukur secara eksak-kuantitatif tentang letaknya tingkat kepuasan marginal suatu barang atau jasa. Pareto menunjukkan bahwa sebenarnya tidak diperlukan dan tidak ada gunanya untuk mencoba memberikan ukuran eksak-kuantitatif atas pengertian kepuasan marginal dalam skala preferensi selera konsumen yang mempengaruhi perilakunya di pasar. Sebab, bagaimanapun juga semua individu dan atau satuan usaha dihadapkan pada suatu pilihan, di mana seorang konsumen harus memilih di antara berbagai alternative kepuasan di dalam memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan terbatasnya sumber pembiayaan yang dimilikinya.
     Dalam konsepnya mengenai kurva indiferensi (indifference curve), Pareto mengambil contoh tentang dua jenis komoditi. Kurva indiferensi dalam bentuk garis lengkung mewakili sejumlah berbagai kombinasi dari dua komoditi tersebut. Masing-masing kombinasi memberikan kepuasan total yang sama besarnya bagi konsumen. Dengan pendekatan dan penggunaan kurva indiferensi beserta konsep substitusi terdapat kemungkinan untuk menyusun suatu teori tentang ekulibrium umum.
     Efisiensi Pareto bersangkutpaut dengan penggunaan sumber daya dan dana yang tersedia (dan selalu terbatas) dalam pola dan dengan cara yang membawa kepuasan optimal. Dalam pandangan Pareto, pasal alokasi sumber daya dan dana di antara berbagai kemungkinan alternatif dianggap optimal jika tidak ada cara penggunaannya yang lain yang dapat membawa hasil kepuasan yang lebih besar bagi semua anggota masyarakat, dibandingkan dengan pola penggunaan alokasi yang semula.
     Pareto berpendapat bahwa suatu ekulibrium yang efisien adalah keadaan yang mencerminkan ekulibrium yang bersifat kompetitif (competitive equilibrium). Pedoman utama hal tersebut dinyatakan bahwa perubahan pada suatu keadaan ekonomi tertentu akan membawa kesejahteraan atau kepuasan kolektif yang lebih besar, jika golongan yang mendapat manfaat lebih besar dari perubahan tersebut bisa member kompensasi kepada mereka yang telah mengalami kerugian sebagai akibat perubahan tersebut, setelah kompensasi tersebut terlaksana, masih dinikmati kelebihan sisa kepuasan yang artinya masih ada sisa hasil positif secara netto (net gain).
     Sumbangan pemikiran Pareto yang menyangkut masalah distribusi pendapatan disebut dengan hukum Pareto (Pareto’s Law). Tema pokok dalam hukum tersebut adalah dalam suatu keadaan tertentu terdapat sejumlah orang yang menerima pendapatan di atas suatu tingkat tertentu (tingkat x). Bandingkan jumlah tersebut dengan jumlah jiwa yang hidup di bawah tingkat x. jika nisbah perbandingan tersebut berubah, misalnya jumlah dalam golongan pertama (di atas x) bertambah secara nisbi dalam perimbangannya terhadap jumlah di bawah x, maka hal itu berarti semakin berkurangnya ketimpangan dalam pembagian pendapatan.
     Pembagian pendapatan dalam keadaan apa pun juga senantiasa mengandung pola yang sama dalam hal ketimpangan dan kesenjangan. Jika dikehendaki peningkatan tingkat hidup dan pengurangan dalam jumlah jiwa yang berada di bawah tingkat kemiskinan (tingkat x), maka tidak ada jalan daripada berusaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam keseluruhannya. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan tersebut, maka satu-satunya jalan ialah mengatasi kemiskinan absolute (absolute poverty) dengan meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat secara menyeluruh.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori ekonomi neoklasik merupakan pengembangan dari teori ekonomi klasik yang kebanyakan dimodifikasi dengan menggunakan pendekatan yang lebih kompleks. Teori neoklasik digunakan untuk berbagai pendekatan untuk ekonomi berfokus pada penentuan harga, output, dan pendapatan distribusi di pasar melalui penawaran dan permintaan.
Kerangka pemikiran Neoklasik secara garis besar diantaranya mencakup:
1)      Rasionalitas instrumental berkaitan perilaku individu dalam menentukan preferensi mereka secara rasional. Preferensi dalam  hal ini berkenaan dengan pengalokasian dana dan daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai kepuasan maksimum.
2)      Metodologi individual, berhubungan dengan rasionalitas perilaku individu dalam interaksi perkonomian kompleks yang cenderung berbenturan, dan kadang-kadang berlawanan dengan gagasan rasional, interaksi ekonomi individu atau kelompok seringkali terperangkap dalam suatu jeruji rasisme ataupun kelas-kelas soaial dalam masyarakat.
3)      Ekulilibrium Ekonomi, dari berbagai interaksi yang terjadi dalam pasar, ekonom neoklasik cenderung mengkonseptualisasikan/mengasumsikan hasil interaksi tersebut  dalam bentuk "kesetimbangan".
4)      Penggunaan Tekhnik matematika dalam analisis perekonomian. Para ekonom cenderung banyak pmenggunakan teknik matematika untuk "memformalisasikan" berbagai interaksi ekonomi .






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Produksi Jangka Pendek

EKONOMI MIKRO :PERMINTAAN DAN PENAWARAN

DASAR-DASAR IPS : KONSEP EKONOMI DALAM IPS