BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses yang panjang. Perkembangan dunia diikuti juga oleh perkembangan pemikiran
disemua bidang kehidupan, tidak terkecuali dibidang ekonomi. Perkembangan awal
mengenai teori ekonomi klasik dilanjutkan oleh munculnya teori neoklasik.
Jika pada mazhab Klasik
mengutamakan segi pasok dan biaya produksi dan barang dan jasa yang
bersangkutan, maka pada mazhab Klasik menjelaskan kenyataan bahwa ekonomi
masyarakat yang sudah majemuk ditandai dengan beralngsungnya proses
tukar-menukar dalam transaksi jual-beli di pasar.
Pokok permasalahan
berkisar pada soal penawaran dan permintaan harga (supply-demand-curve). Dalam tingkat akhir, nilai suatu barang
ditentukan oleh penilaian subjektif dari pihak konsumen. Berdasarkan
pertimbangan pokok tersebut dikembangkan pengertian kepuasan marginal. Oleh
sebab itu, mazhab Neo-Klasik sering disebut dengan aliran kepuasan marginal.
1.2 Perumusan
Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah
dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
Masalah-masalah
apa saja yang terjadi dalam bidang ekonomi pada mazhab Neo-Klasik dan
gagasan-gagasan ekonomi yang telah ditemukan.
1.3 Tujuan
Penulisan
Pembahasan kami pada makalah ini
bertujuan untuk mengetahui lebih dalam seluk beluk pemikiran para pakar ekonomi
Neoklasik dalam mengkaji berbagai macam permasalahan ekonomi, dikaitkan
langsung dengan revansinya dalam praktek ekonomi.
1.4 Metode
Penulisan
Dalam melakukan penulisan makalah ini,
penulis menggunakan metode kepustakaan.
1.5 Sistematika
Penulisan
Makalah ini dirangkai menjadi tiga bab.
Secara umum bab-bab tersebut membicarakan pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi
tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :
PEMBAHASAN
Berisi tentang penjelasan dari masalah-masalah yang ditemukan.
BAB III :
PENUTUP
Pada
bab terakhir ini, penulis ingin menyampaikan beberapa kesimpulan dari makalah
ini
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
Dalam bagian akhir abad XIX telah
muncul pemikiran-pemikiran baru dari sekelompok pakar ekonomi. Pemikiran mereka
ini masih berlandaskan dasar-dasar teori yag di letakkan sebelumnya oleh para
pengarang mazhab klasik. Dalam pada itu para ilmuwan yang dimaksud menganut
pangkal haluan yang sama dalam pedekatannya terhadap masalah-maslaah ekonomi,
yaitu : penekanan terhadap segi kebutuhan dan permintaan akan barang dan jasa.
Penilainan subjektif oleh pihak peminta/pembeli mengenai faedah(utility)
sesuatu barang(atau jasa) bagi peminta/pembeli itu menjadi faktor yang
menentukan nilai dan harganya.
Semua aliran Neo-Klasik dari
tempat-tempat yang berbeda yang disebut di atas berpangkal tolak pada pendapat
: Faedah marginal suatu barang ditentukna oleh penilaian subjetif dari
peminta/pembeli. Pangkal pikiran inilah yang dalam hakikatnya membedakan
pandangan para pakar mazhab Klasik sebelumnya. Oleh sebab itu, mazhab
Neo-Klasik sering juga diberi julukan sebagai “aliran faedah marginal).
Dalam hubungan ini harus
diungkapkan bahwa pengertian dan istilah faedah dan faedah marginal (utility
dan marginal utility) itu sebenarnya bersumber awal pada gagasan seorang
pemikir berbangsa Jerman, Herman Gossen (1810-1858) mengenai nutzen dan
grenznutzen yang sudah dibeberkannya pada pertengahan abad XIX, jadi beberapa
dasawarsa sebelum munculnya karya-karya ilmiah para pakar dari mazhab
Neo-Klasik.
2.1
Herman Heinrich Gossen, Enwicklung der Gesetze des menschlichen
Verkehrs und die darausfliessenden Regeln fuer menschliches Handeln (1854)
Gossen (1810-1858)
merupakan pemikir berbangsa Jerman yang mengungkapkan istilah kepuasan (utility) dan kepuasan marginal (marginal utility). Gagasan awalnya
bersumber mengenai nützen dan grenznützen yang dijelaskannya pada abad
XIX.
Di antara
pemikiran-pemikiran Gossen mengenai berbagai bidang permasalahan ekonomi,
terdapat dua pemikiran dasar yang menonjol yang kemudian dikenal dengan dua hukum Gossen.
Hukum Gossen yang
pertama menyangkut kepusan marginal suatu barang yang cenderung semakin
berkurang dengan semakin bertambahnya jumlah barang tersebut. Jika jumlah
barang tersebut semakin bertambah, maka kepuasan tersebut akan berkurang sampai
mencapai suatu batas. Kepuasan pada batas yang masih dapat dinikmati disebut kepuasan
marginal (marginal utility). Lewat
dari dari batas itu, maka bertambahnya persediaan barang yang bersangkutan
menyebabkan nilai barang tersebut sudah tidak mempunyai arti bagi konsumen.
Kepuasan marginal tersebut ditentukan oleh penilaian subjektif dari pihak
konsumen dan merupakan dasar nilai bagi nilai dan harga dari barang yang
bersangkutan.
Hukum Gossen yang kedua
menyangkut bahwa kepuasan maksimal akan diperoleh jika kepuasan marginal
masing-masing dari semua jenis barang kebutuhan menjadi sama besarnya pada
tingkat dimana daya dan dananya habis terpakai. Dengan kata lain, pemanfaatan
optimal dari dana yang tersedia untuk mencapai kepuasan marginal bagi pemakai
akan terlaksana jika ada semacam penyamarataan di antara kepuasan marginal dari
masing-masing jenis barang yang diperoleh. Hukum yang kedua ini berdasarkan
pendapat bahwa kebutuhan dan selera manusia akan barang dan jasa meliputi
jumlah yang banyak dan berbagai macam sifat dan jenisnya. Di sisi lain, sumber
daya dan dana yang tersedia bagi peminat selalu terbatas pada kebutuhan yang
diinginkan. Hukum Gossen yang kedua ini menunjukkan bahwa penggunaan dana akan
membawa kepuasan maksimal.
2.2
Eugen
von Bohm-Bawerk, Kapital und Kapitalzins : Vol. 1, Geschichte und Lritik der Kapita zinstheorien (1884); Vol. 2, Die Positive Theorie des Kapitals (1889)
Di zamannya Bohm-Bawerk dianggap
oleh umum sebagai salah seorang pakar ekonomi diantara yang paling brilian
dalam dunia ilmu pengetahuan. Sebelumnya ia menjabat tiga kali sebagai Menteri
Keuangan Kerajaan Austria-Hongoria dan diaangap berhasil dalam penerbitan
keuangan negara dan pengelolaan kebijaksanaannya.
Teori
Bohm-Bawerk tentang Nilai dan Harga
Dalam pandangan Bohm-Bawerk,
masalah nilai dan harga menyangkut hubungan umum antara barang-barangyang
mengandung faedah (nutzen) unutk memenuhi kebutuhan. Sejumlah jenis barang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai rupa kebutuhan, kegunaannya lebih dari satu
jalur.
Teori
Bohm-Bawerk tentang Distribusi Pendapatan
Dalam pandangan bohm-Bawerk dan
pendekatannya terhadap ekonomi masyarakat, para pelaku aktif dalam proses
kegiatan ekonomi terbagi golongan angkatan kerja, golongan pemillik tanah atau
penguasa tanah, golongan kapitalis, dan enterpreneur (wirausaha).
Golongan-golongan tersebut
dibedakan menurut fungsi dan peranannya dalam prosesproduksi dan pembentukan
pendapatan (sebagai hasil produksi). Ciri tenaga kerja dan pemilik tanah ialah
masing-masing mewakili atau menguasai suatu jenis faktor produksi. Bahhian
pendapatan yang diperuntukkan bagi tenaga kerja ialah sebagai imbalan jasa
kepada perannya dalam proses ekonomi, imbalan jasa bagi fungsi ekonominya.
Demikian pula bagian pendapatan yang diterima oleh pemilik tanah ialah sebagai
imbalan jasa bgi peran tanah dalam proses produksi (tanah dalam fungsi ekonominya),
terlepas dari perilaku atau peranan pribadi si pemilik tanah. Jadi, upah yang
dibayar dan diterima ialah untuk fungsi pekerjaan dan sewa tanah untuk fungsi
tanah, masing-masing dalam proses produksi.
Dalam proses produksi barang
tertentu, alat-alat produksi yang digunakan merupakan barang-barang yang
komplementer. Artinya, satu jenis barang produksi hanya berfungsi dalam
kombinasi dengan jenis-jenis barang
produksi lainnya. Barang –barang produksi hanya mengandung nilai oleh karena
barang-barang itu secara bersamaan menghasilkan barang konsumsi.
Hukum mengenai biaya produksi dapat
disimpulkan sebagai kasus khusus hukum mengenai faedah marginal. Artinya,
fenomena adanya biaya produksi merupakan pencerminan dari nilai subjektif (yang
menentukan faedah marginal tadi).
Teori
Bohm-Bawerk tentang Modal dan Bunga
Bohm-Bawerk menunjuk pada perbedaan
antara dua pengertian tentang modal, yaitu modal sebagai alat produksi secara
fisik dan midal sebagai sumber untuk memperoleh pendapatan sebagai imbalan
jasa. Segi yang diutamakan dalam teori Bohm-Bawerk ialah modal sebagai alat
produksi (barang produksi).
Produksi diaangap sebagai suatu
proses transformasi (penjelmaan) dari materi atau bahan dasar untuk membuat
barang yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Di zaman modern, hal itu
terlaksana dengan mengerahkan tenaga kerja besera sumber-sumber daya produksi
lainnya untuk membuat terlebih dahulu barang-barang alat produksi yang tidak
bisa dikonsumsi dengan segera.
Pandangan Bohm-Bawerk tentang
masalah bunga dikenal kemudian secara luas sebagai teori agio. Tema pokok dalam
teori agio ialah bahwa barang dan jasa yang tersedia pada saat ini dinilai
lebih tinggi (mendapat agio), dibandingkan dengan barang dan jasa itu yang baru
tersedia pada suatu saat di masa depan.
Bohm-Bawerk mengemukakan tiga
pertimbangan dasar (drei Grunde), mengapa barang-barang yang tersedia saat ini
mengandung n lai subektif yang lebih tinggi, dibandingkan dengna penilaian
subjektif atas barang-barang itu di masa depan, walaupun dalam jumlah dan jenis
yang sama.
Pertimbangan yang pertama ialah
karena dalam suatu perpspektif tentang masa depan selalu terkandung harapan
bahwa di masa depan itu juga akan tersedia lebih banyak dana pendapatan untuk
membeli barang guna memenuhi kebutuhan nanti bila tiba saatnya.
Pertimbangan yang kedua berkenaan
dengan kecenderungan pada perilaku manusia untuk meremehkan (dalam arti
perkiraan yang terlalu rendah) kebutuhannya di masa depan, baik mengenai
jumlahnya maupun mengenai jenis kebutuhan itu.
Pertimbangan yang ketiga berkaitan
dengan teknik produksi dalam masyarakat kapitalis modern. Kini nampak arti dan
peranan gagasan Bohm-Bawerk tentang proses produksi secara tidak langsung,
sebagaimana telah diutarakan diatas tadi. Berdasarkan proses produksi tidak
langsung itu akan diperoleh hasil tinggi. Akan tetapi proses tidak langsung
juga berarti bahwa khalayak harus menuggu sampai saat tersediannya hasil itu
dalam jumlah yang lebih banyak dan nilai yang lebih tinggi.
2.3
Alfred Marshall
Alfred
Marshall bapak ilmu ekonomi
Neoklasik merupakan
ahli ekonomi yang paling berpengaruh di zamannya. Melalui bukunya yang berjudul
Principles of Economy (1890), ia mengembangkan ide tentang penawaran dan permintaan, marginal utility dan biaya
produksi dalam suatu koherensi. Ia dikenal sebagai salah satu penemu ekonomi.
Karya pemikiran Marshall
secara garis besar diantaranya :
Teori Perilaku Konsumen (Theory of Consumers Behavior)
Alfred Marshall mengembangkan sintesis pengertian tentang nilai subjektif pada faedah
marginal dengan unsur objektif yang melekat pada pengertian biaya marginal. Nilai dan harga barang
di pasar dipengaruhi baik oleh konsumen maupun produsen. Konsumen mempengaruhi
harga dengan mendasarkan pada penilaian subjektif pada suatu barang, yang
secara keseluruhan membentuk permintaan pasar.
Umumnya, konsumen akan meneruskan
pembelian terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama karena telah
mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya. Teori ini
dapat disimpulkan bahwa konsumen memiliki loyalitas tinggi terhadap merek suatu
produk yang mampu memberikan kepuasan, nilai tersendiri bagi pemakainya dan
adanya bukti nyata akan kualitas dan kehandalan yang ditawarkannya.
Perilaku semacam ini bukan berarti
menjadikan merek tertentu sebagai market leader dan tidak
perlu lagi untuk melakukan komunikasi pemasaran secara terpadu. Berdasarkan teori kepuasan marginal di atas, terdapat
asumsi-asumsi yang biasanya dipakai yaitu bahwa:
a. Konsumen
memaksimumkan kepuasan berbatas pada kemampuan finansialnya,
b. Konsumen mempunyai
pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber,
c. Ia selalu bertindak
dengan rasional.
Disisi lain, Biaya rill oleh
Marshall diartikan sebagai “pengorbanan” dari pihak tenaga kerja, sama
halnya dengan “pengorbanan” dari pihak pemilik modal yang menyediakan jasa dana
modalnya. Pengorbanan pihak tenaga kerja itu
disebut sebagai disutility of labour, sedangkan pengorbanan pihak pemilik modal
disebut sebagai waiting (pemiliknya harus menunggu selama beberapa waktu
sebelum jasa modal membuahkan imbalan jasanya berupa bunga bagi pemilik yang
bersangkutan).
Selain itu, Alfred
Marshall juga mengemukakan tentang paradoks nilai suatu barang yang
diterapkan pada kasus intan dan air yang menyempurnakan paradoks nilai suatu
barang yang dikemukakan oleh kaum klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan keadaan yang berlawanan dengan
pendapat umum (paradoks). Menurut kaum klasik nilai sebuah barang merupakan
nilai dalam penggunaan, sementara harga mewakili nilai dalam pertukaran
sehingga bila manfaat suatu barang sangat besar maka semakin tinggi nilainya.
Menurut kaum neoklasik nilai
atau harga intan lebih tinggi dari nilai air bukan karena biaya untuk
mendapatkan intan lebih besar daripada untuk mendapakan air, melainkan
karena utilitas marginal(utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan
terakhir) yang besar. Karena itu, orang mau menghargai intan lebih tinggi
daripada air. Inti pandangan neoklasik
mengenai harga suatu barang yaitu ditentukan oleh marginal utility.
Teori Harga
Menurut Alfred Marshall, harga
terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen
dan permintaan dari pihak konsumen.
Selain itu ada juga
kontribusi pemikiran Marshall tentang persamaan kuantitas uang:
Kebutuhan uang untuk transaksi ini berkembang secara proporsiaonal
dengan tingkat pendapatan nasional, seperti terlihat dalam model persamaan
berikut :
Mt = k.Y
Persamaan ini dikembangkan oleh Alfred Marshall, Dimana :
Mt = Kebutuhan uang untuk transaksi
di suatu waktu
Y = Pendapatan nasional
K = Besar kecilnya keinginan
masyarakat untuk memegang bagian dari
pendapatan/kekayaannya dalam
bentuk kas
Consumers’ Surplus dan
Produsers’ Surplus (Surplus Konsumen dan Surplus Produsen)
Ciri lain dalam kerangka
pemikiran Marshall ialah apa yang disebut sebagai consumers’
surplus. Pengertian kata ini mencerminkan kelebihan kepuasan yang dinikmati
konsumen dalam arti : konsumen itu membeli barang dengan harga yang
tingkatannya lebi rendah, padahal konsumen itu sebenarnya bersedia untuk
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi. Misalnya konsumen sedianya rela
untuk membeli barang tertentu dengan harga 100 Rupiah. Dalam transaksi jual
beli, ia harus membayar hanta Rp 75. Jumlah Rp 25 yang ternyata tidak perlu
dibayar merupakan semacam premi ataupun kelebihan kepuasan
bagi konsumen, yaitu consumers’ surplus yang dimaksud tadi.
Sebaliknya juga bisa terjadi bahwa dalam keadaan tertentu seorang produsen
menikmati kelebihan kepuasan berupa producers’ surplus. Dalam
perkembangan kemudian, oleh para pemikir ekonomi lazim digunakan
istilah-istilah consumers rent dan producers rent sebagai
pengganti consumers surplus yang semula digunakan oleh Alfred Marshall.
Hal itu satu sama lain kiranya agar lebih sering dengan land rent sebagai
imbalan jasa bagi tanah dengan mutu lahan yang lebih tinggi dibanding dengan
tanah di batas yang masih dimanfaatkan dalam proses produksi.
Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran
Mekanisme permintaan dan
penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang
dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan
jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi
jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel
kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi
independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Selain sintesis dan peranan yang
berimbang antara biaya marginal dan paedah marginal, serta consumers surplus
dan producers surplus, sebagaimana diulas diatas, kini harus disebut
tentang konsep elastisitas yang berkaitan dengan sisi
permintaan maupun dengan sisi penawaran : elasticity of demand and
elasticity of supply. Sehubungan dengan itu juga tentang konsep substitusi
(elasticity of subtitusion).
Pengertian kata elastisitas menyangkut
respons ataupun reaksi suatu variable terhadap perubahan persentase pada
variable lain. Secara sederhana rumus umum dari elastisitas adalah:
.
Mengenai sifat elastisistas pada
permintaan, yang palin sering dihadapi sebagai permasalahan ekonomi adalah
elastisitas permintan (reaksinya) terhadap perubahan pada pendapatan (income
elasticity of demand). Perubahan perubahan itu dinyatakan dalam persentase.
Elastisitas permintaan terhadap harga
menyangkut hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang dibeli (tingkat
pembelian) dan mencerminkan perubahan persentase pada tingkat pembelian (jumlah
yang dibeli) dibagi oleh perubahan persentase pada tingkat harga.
Elastisitas permintaan terhadap
pendapatan menyangkut hubungan antara tingkat pendapatan seseorang pembeli dan
tingkat pembeliannya (jumlah yang dibeli) dan mencerminkan perubahan presentase
pada tingkat pembelian dibagi oleh perubahan presentase pada tingkat
pendapatan.
2. 4 J.R
Hicks, Value And Capital (1939)
Hicks menjadi terkenal pada saat
pembaharuanya tentang konsep equilibrium umum yang didalamnya sudah terkandung
unsure dinamika. Hicks sebagai mahasiswa
menimba ilmu di Oxford University dan setelah lulus mengajar di London School
of Economics kemudian diangkat menjadi guru besar di Manchester University, sampai pada akhirnya
dia menjadi guru besar di Oxford University sampai akhir masa kariernya.
Hicks termaksud dalam sekelompok pemikir
ekonomi yang dapat dianggap sebagai allround theorists, dengan keahlian yang
tinggi disegala cabang ilmu ekonomi. Ia
meraih hadiah nobel,penghargaan tertinggi dalam dunia ilmu pengetahuan ekonomi ditahun 1972. Karya
ilmiahnya mencangkup diantaranya Teori
tentang Upah dan permasalahan tentang ekonomi perburuhan , Teori nilai dalam
kaitan dengan teori moneter , Teori tentang sejarah ekonomi , Teori tentang
siklus ekonomi , Uraian tentang modal dan pertumbuhan , Ulasan dan penafsiran
secara terjabar mengenai pemikiran baru yang sedang dikembangkan J.M. Keynes ,
dan Teori ekonomi umum, Value and
Capital.
Dalam buku
ini pemikiran Hicks diarahkan pada teori nilai dalam keadaan equilibrium umum.
Walaupun berpijak pada teori mikro semua hal dikaji dengan memperhatikan serangkaian
unsure dinamika dan juga dalam hubungannya dengan teori moneter. Dengan kata
lain, Hicks membuka jalur perhubungan kedalam ekonomi makro.yang baru. Hicks
mengkaji ulang pandangan Alfred marshall dengan penyorotan yang kritis.
Mengadakan perubahan-perubahan penting terhadap seperangkat pemikiran dalam
teori marshall mengenai prilaku konsumen. Hicks mengembangkan gagasan yang
mantab dalam hal teori tentang nilai subjektif maupun teori tentang equilibrium
umum.
Hicks
menunjuk kepada kelemahan-kelemahan nilai pada versi lama ( marshall ). Yang
dianggapnya terlalu berat sebelah karena sabgat tergantung dari konsep
pengertian tentang faedah (ulitily). Dan dari kecenderungan terus menurunya
faedah yang dulu diungkapkan oleh Herman Gossen.
Hicks cenderung pada
landasan pemikiran Walras tentang equilibrium umum di pasaran. Hicks
mengganggap pola pendekatan walras masih bersifat agak steril. Kiranya yang
dimaksud oleh hicks dalam hal ini iyalah statika dalam modal matematik yang
dibeberkan oleh waras. Kuncinya iyalah konsep pengertian mengenai temporary
equilibrium. Pengaruh tidak langsung dari pasar masa depan berkaitan dengan faktor expectation (dugaan,perkiraan dan
pengharapan). Faktor ekspetasi berlaku
oleh para pelaku dipasaran.
Kelemahan dasar pokok tentang
peranan unsur monopoli dalam struktur pasar. Ia berpangkal pada postulat
( dalil ) mengenai berlakunya persaingan sempurna dalam pasar barang dan jasa.
Faktor monopoli tidak berlaku/tidak besar artinya dalam transaksi-transaksi
pasaran. Pendapat tentang pasar persaingan sempurna menurut Hicks tidak banyak
menyimpang dari realitas. Sebaliknya unsur monopoli menjalankan peranan yang
besar, maka hal itu tidak selaras dengan keadaan equilibrium. Kestabilan
equilibrium yang dalam konstruksi pemikiran Hicks disusun dengan begitu rapi,
justru akan menjadi tanda tanya besar.
Prasyarat Pasar Persaingan Sempurna menurut Hicks :
1. Para penjual dalam jumlah yang banyak
2. barang dan jasa yang dijual adalah sama dalam
jenis,sifat dan mutu
3. pasarnya terbuka bagi penjual-penjual baru
4. dengan begitu di antara para penjual tiada satu
pun yang bisa mempenggaruhi harga barang maupun jumlah yang dijual
5. tiap penjual menjual barangnya atas harga pasar
yang telah terbentuk
6. para penjual maupun para pembeli mempunyai
pengetahuan lengkap tentang perimbang”an keadaan pasar
7. faktor” produksi dapat bergerak secara bebas dan
tanpa rintangan diantara sektor” kegiatan ekonomi
8. pendatang” baru bisa melakukan kegiatan penjualan
secara bebas
9.satuan” usaha tidak ada perbedaan dalam biaya
transpor dalam pengangkutan barang kepada para pembeli
Kalau
diperhatikan secara seksama,maka jelas konsep persaingan sempurna tidak lebih
dari sebuah konstruksi pemikiran. Konstruksi pemikiran itu mengandung faedah
juga. Hal itu membuat kita memahami hakikat dan sifat problematika yang kita
hadapi.
2.5
Irving Fisher
Seorang pelopor dalam
penggunaan metode kuantitatif dan teknik matematika dalam pengkajian mengenai
masalah-masalah ekonomi.dianggap yang paling tenar diantara ilmuan asal Amerika
Serikat. Fisher lulusan Yale University, lalu ia hijrah ke Eropa selama
beberapa tahun. Ia menggunjungi pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Austria,
Jerman dan Inggris. Ia juga sering bertukar pikiran dengan para pemikir Eropa
Barat. Irving Fisher salah satu pelopor dalam penggunaan metode kuantitatif dan
teknik matematika dalam mengkaji mengenai masalah-masalah ekonomi.Fisher lazim
menggunakan bahan statistik-empiris dan berjasa untuk meningkatkan kegiatan
statistik menjadi bidang ilmu pengetahuan.
Tiga Rupa Permasalahan, karya Irving Fisher :
- Pencipta
teori konsep (angka) indeks dan pengembanganya sebagai peralatan analisis
yang sangat berarti dalam kerangka pemikiran teoretis maupun dalam permasalahan praktis
2.
Teori kuantitas tentang uang dan harga
3.
Teori tentang bunga
Fisher berpendapat bahwa
segala sesuatu yang dibentangkan melalui fenomena-fenomena ekonomi harus diukur
dan diuji secara statistik operasional. Dalam hubungan ini dikembangkanlah
konsep angka indeks, dimulai dengan indeks harga.
The
purchasing power of money ( 1911 )
Intipati teori kuantitas
tentang uang dan harga ialah bahwa tingkat harga barang adalah sepadan dalam
perimbanganya terhadap jumlah pasok uang.
MV = PT
Dimana:
M = Jumlah uang yang beredar
V = Laju
peredaran uang
P = Tingkat
harga
T = Nilai
produksi rill
Hakikatnya memang tidak
lain dari suatu toutologi, pengulangan kata tanpa menambah kejelasan. Jumlah
uang yang beredar dikalikan oleh laju peredaranya dalam jangka waktu tertentu
katakanlah satu tahun, menunjukan permintaan total akan barang-barang.
·
Bila jumlah uang dalam peredaran bertambah
dengan dua kali lipat, maka harga umum secara proporsional juga akan berubah
dua kali lipat.
Dimana :
MV+M’V’
P
= ───────
T
P = Harga
M = Jumlah uang beredar
V = Laju
peredaran uang kartal
M’ = Jumlah uang giro di bank
V’ = Laju
peredaran uang giral
T = Jumlah
transaksi
Theory
of Interest ( 1930)
Membicarakan modal dan
bunga dan melengkapi-memperbaiki gagasan” Bohm-Bawerk. Bohm Bawerk mengartikan
modal sebagai barang produksi secara fisik konkrit sedangkan irving fisher
menafsirkan pengertian modal sebagai konsep nilai yang mewakili barang ataupun
dana. Dalam hubungan ini Fisher membedakan antara arus pendapatan sebagai arus
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perkembangan jangka waktu
tertentu, disatu pihak dan pihak lain modal sebagai suatu nilai yang
mencerminkan ataupun mewakili stok barang-barang yang ada pada suatu saat
tertentu.
Sifat dan Komposisi arus
pendapatan :
1. tingkat besar-kecilnya arus pendapatan
2. pola penerimaan dari pendapatan dalam
perkembangan jangka waktu tertentu
3. komposisi pendapatan
4. faktor risiko atau ketidakpastian dalam
prospek tersedianya arus pendapatan
dimasa mendatang
Pendapat Fisher mengenai
sifat dan komposisi arus pendapatan dalam kaitanya dengan tingkat bunga sangat
penting bagi pengertian kita, terutama ditinjau dalam sudut perekonomian
negara-negara berkembang. Di samping selera subjektif yang tercermin pada
hasrat untuk mengutamakan pendapatan untuk saat ini, maka tinggi rendahnya
bunga hanya dapat dijelaskan bilamana ikut diperhatikan keadaan objektif
sekitar kehidupan seseorang dan pendapatanya.
2.6
Leon Walras
Leon
Walras adalah seorang ekonom berkebangsaan Perancis. Ia merumuskan teori nilai
marjinal ( dikembangkan lagi oleh William Jevons Stanley dan Carl Menger) dan
mempelopori pengembangan teori ekuilibrium umum.
Pemikiran
Walras banyak dipengaruhi oleh Auguste Cornout yang merupakan teman ayahnya, ia
banyak menggunakan pendekatan matematis
dalam mengkaji ekonomi
Teori
keseimbangan Umum (Ekuilibrium Umum)
Pada 1874 dan 1877
Walras diterbitkan Unsur Ekonomi Murni, suatu karya yang membuatnya dianggap
sebagai ayah dari teori ekuilibrium umum . Masalah yang Walras ditetapkan untuk
memecahkan salah satu dipresentasikan oleh Cournot, bahwa meskipun bisa
ditunjukkan bahwa harga akan menyamakan penawaran dan permintaan untuk
menghapus pasar individu, tidak jelas bahwa ekuilibrium ada untuk semua pasar
secara bersamaan.
Walras menciptakan sebuah
sistem persamaan simultan dalam upaya untuk memecahkan masalah Cournot. Ia
menyajikan argumen informal bagi adanya keseimbangan yang didasarkan pada
asumsi bahwa ekuilibrium ada jika jumlah persamaan sama dengan jumlah yang
tidak diketahui.
Langkah penting dalam
argumen itu 'Hukum Walras yang menyatakan bahwa mempertimbangkan setiap pasar
tertentu, jika semua pasar dalam suatu perekonomian berada pada
kesetimbangan, maka pasar tertentu juga harus dalam keseimbangan. Hukum Walras
'bergantung pada gagasan matematika yang menuntut pasar kelebihan (atau,
terbalik, pasar kelebihan pasokan) harus jumlah ke nol. Ini berarti bahwa,
dalam ekonomi dengan pasar n, adalah cukup untuk menyelesaikan n-1 persamaan
simultan untuk membersihkan pasar. Mengambil yang baik sebagai numeraire dalam
hal mana harga ditentukan, ekonomi telah n-1 harga yang dapat ditentukan dengan
persamaan, sehingga ekuilibrium harus ada. Sebuah versi yang lebih ketat dari
argumen ini dikembangkan oleh Kenneth Arrow dan Gerard Debreu pada tahun 1950.
Hukum Walras
Hukum
Walras 'adalah prinsip dalam teori ekuilibrium umum menyatakan bahwa kendala
anggaran menyiratkan bahwa nilai dari permintaan pasar berlebih (atau,
sebaliknya, pasokan pasar berlebih) harus dijumlahkan ke nol.
Walras
mencatat proposisi matematis setara bahwa ketika mempertimbangkan setiap pasar
tertentu, jika semua pasar lainnya dalam suatu perekonomian berada dalam
keseimbangan, maka pasar tertentu juga harus dalam keseimbangan. "Hukum
Walras '" Istilah ini diciptakan oleh Oskar Lange [3] untuk membedakannya
dari Hukum Say. Beberapa teori ekonomi [4] juga menggunakan istilah untuk
merujuk pada proposisi lemah bahwa nilai total kelebihan permintaan tidak dapat
melebihi nilai total kelebihan pasokan.
Sebuah
pasar untuk komoditi tertentu dalam kesetimbangan jika, pada harga saat ini
dari semua komoditas, jumlah komoditi yang diminta oleh pembeli potensial sama
dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual potensial. Misalnya, harga pasar
saat ini ceri $ 1 per pon. Jika semua petani cherry dijumlahkan bersama-sama
bersedia untuk menjual total 500 pon ceri per minggu di $ 1 per pon, dan jika
semua pelanggan potensial dijumlahkan bersama-sama bersedia untuk membeli 500
pon ceri secara total per minggu ketika dihadapkan dengan harga $ 1 per pon,
maka pasar untuk buah ceri berada dalam kesetimbangan karena tidak kekurangan
atau surplus ceri ada.
Perekonomian
berada dalam ekuilibrium umum jika setiap pasar dalam perekonomian berada dalam
kesetimbangan. Tidak hanya harus pasar untuk ceri yang jelas, tetapi begitu
juga harus semua pasar untuk semua komoditas (apel, mobil, dll) dan untuk semua
sumber daya (tenaga kerja dan modal ekonomi) dan untuk semua aset keuangan,
termasuk saham, obligasi, dan uang.
'Permintaan
Kelebihan' mengacu pada situasi di mana pasar tidak dalam kesetimbangan dengan
harga khusus karena jumlah unit item yang diminta melebihi jumlah item yang
disediakan pada harga tertentu. Menghasilkan kelebihan permintaan kekurangan
ekonomi. Sebuah kelebihan permintaan negatif adalah identik dengan kelebihan
pasokan, dalam hal ini akan ada surplus ekonomi dari baik atau sumber daya.
'Permintaan Kelebihan' dapat digunakan lebih umum untuk merujuk pada nilai
aljabar kuantitas yang diminta kuantitas dikurangi disediakan, baik positif
maupun negatif.
2.
7 Vilfredo Pareto, Manuel d’Economie politique (1909)
Vilfredo Pareto
merupakan pemikir kelahiran Italia yang berasal dari keluarga bangsawan.
Setelah Leon Walras mengundurkan diri sebagai guru besar di sekolah Lausanne,
maka Pareto diangkat sebagai penggantinya. Pareto secara konsisten menekankan
dasar interdependensi di antara fenomena atau variabel-variabel ekonomis dalam
system ekulibrium umum.
Sumbangan Pareto dalam
teori ekonomi berkisar pada tiga hal: (1) pengertian tentang indiferensi pada
pihak konsumen dan konsep kurva indiferensi (indifference curves) dalam penyusunan suatu teori ekulibrium; (2)
pendapatnya mengenai penggunaan sumber-sumber daya produksi secara optimal
dalam sistem ekonomi yang awalnya disebut Pareto
optimality dan kemudian lebih dikenal dengan Pareto efficiency; (3) pendapatnya yang dikenal dengan hukum Pareto
(Pareto’s Law) yang menyangkut
masalah distribusi pendapatan.
Pengertian indiferensi
dan kurva indiferensi yang dikembangkan oleh Pareto berawal dari kesulitan untuk
mengukur secara eksak-kuantitatif tentang letaknya tingkat kepuasan marginal
suatu barang atau jasa. Pareto menunjukkan bahwa sebenarnya tidak diperlukan
dan tidak ada gunanya untuk mencoba memberikan ukuran eksak-kuantitatif atas
pengertian kepuasan marginal dalam skala preferensi selera konsumen yang
mempengaruhi perilakunya di pasar. Sebab, bagaimanapun juga semua individu dan
atau satuan usaha dihadapkan pada suatu pilihan, di mana seorang konsumen harus
memilih di antara berbagai alternative kepuasan di dalam memenuhi kebutuhannya
dengan memperhatikan terbatasnya sumber pembiayaan yang dimilikinya.
Dalam konsepnya mengenai
kurva indiferensi (indifference curve),
Pareto mengambil contoh tentang dua jenis komoditi. Kurva indiferensi dalam
bentuk garis lengkung mewakili sejumlah berbagai kombinasi dari dua komoditi
tersebut. Masing-masing kombinasi memberikan kepuasan total yang sama besarnya
bagi konsumen. Dengan pendekatan dan penggunaan kurva indiferensi beserta
konsep substitusi terdapat kemungkinan untuk menyusun suatu teori tentang
ekulibrium umum.
Efisiensi Pareto
bersangkutpaut dengan penggunaan sumber daya dan dana yang tersedia (dan selalu
terbatas) dalam pola dan dengan cara yang membawa kepuasan optimal. Dalam
pandangan Pareto, pasal alokasi sumber daya dan dana di antara berbagai
kemungkinan alternatif dianggap optimal jika tidak ada cara penggunaannya yang
lain yang dapat membawa hasil kepuasan yang lebih besar bagi semua anggota
masyarakat, dibandingkan dengan pola penggunaan alokasi yang semula.
Pareto berpendapat bahwa
suatu ekulibrium yang efisien adalah keadaan yang mencerminkan ekulibrium yang
bersifat kompetitif (competitive
equilibrium). Pedoman utama hal tersebut dinyatakan bahwa perubahan pada
suatu keadaan ekonomi tertentu akan membawa kesejahteraan atau kepuasan
kolektif yang lebih besar, jika golongan yang mendapat manfaat lebih besar dari
perubahan tersebut bisa member kompensasi kepada mereka yang telah mengalami
kerugian sebagai akibat perubahan tersebut, setelah kompensasi tersebut
terlaksana, masih dinikmati kelebihan sisa kepuasan yang artinya masih ada sisa
hasil positif secara netto (net gain).
Sumbangan pemikiran
Pareto yang menyangkut masalah distribusi pendapatan disebut dengan hukum
Pareto (Pareto’s Law). Tema pokok
dalam hukum tersebut adalah dalam suatu keadaan tertentu terdapat sejumlah
orang yang menerima pendapatan di atas suatu tingkat tertentu (tingkat x).
Bandingkan jumlah tersebut dengan jumlah jiwa yang hidup di bawah tingkat x.
jika nisbah perbandingan tersebut berubah, misalnya jumlah dalam golongan
pertama (di atas x) bertambah secara nisbi dalam perimbangannya terhadap jumlah
di bawah x, maka hal itu berarti semakin berkurangnya ketimpangan dalam
pembagian pendapatan.
Pembagian pendapatan
dalam keadaan apa pun juga senantiasa mengandung pola yang sama dalam hal
ketimpangan dan kesenjangan. Jika dikehendaki peningkatan tingkat hidup dan
pengurangan dalam jumlah jiwa yang berada di bawah tingkat kemiskinan (tingkat
x), maka tidak ada jalan daripada berusaha untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dalam keseluruhannya. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan
tersebut, maka satu-satunya jalan ialah mengatasi kemiskinan absolute (absolute poverty) dengan meningkatkan
produksi dan pendapatan masyarakat secara menyeluruh.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori ekonomi neoklasik
merupakan pengembangan dari teori ekonomi klasik yang kebanyakan dimodifikasi
dengan menggunakan pendekatan yang lebih kompleks. Teori neoklasik digunakan
untuk berbagai pendekatan untuk ekonomi berfokus
pada penentuan harga, output, dan pendapatan distribusi di
pasar melalui penawaran dan
permintaan.
Kerangka pemikiran
Neoklasik secara garis besar diantaranya mencakup:
1)
Rasionalitas instrumental
berkaitan perilaku individu dalam menentukan preferensi mereka secara rasional.
Preferensi dalam hal ini berkenaan
dengan pengalokasian dana dan daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam
rangka mencapai kepuasan maksimum.
2)
Metodologi individual, berhubungan
dengan rasionalitas perilaku individu dalam interaksi perkonomian kompleks yang
cenderung berbenturan, dan kadang-kadang berlawanan dengan gagasan rasional,
interaksi ekonomi individu atau kelompok seringkali terperangkap dalam suatu
jeruji rasisme ataupun kelas-kelas soaial dalam masyarakat.
3)
Ekulilibrium Ekonomi, dari
berbagai interaksi yang terjadi dalam pasar, ekonom neoklasik cenderung
mengkonseptualisasikan/mengasumsikan hasil interaksi tersebut dalam bentuk "kesetimbangan".
4)
Penggunaan Tekhnik
matematika dalam analisis perekonomian. Para ekonom cenderung banyak pmenggunakan
teknik matematika untuk "memformalisasikan" berbagai interaksi
ekonomi .
Terinakasih atas materi nya, sangat bermanfaat :)
BalasHapusTerinakasih atas materi nya, sangat bermanfaat :)
BalasHapusreferensinya dari mana ya ini ?
BalasHapusMakasih kaka..
BalasHapus