BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Seorang
manajer di suatu perusahaan membuat keputusan setiap harinya, dan sebagian
besar dari keputusan tersebut merupakan keputusan yang baik. Karena tidak ada
seorang pun yang dapat selalu benar setiap saat, bahkan seorang eksekutif yang
terampil sekalipun terkadang dapat membuat kesalahan.
Akan
tetapi, kunci penting bagi efektivitas organisasi dapat berupa kemampuan
manajer untuk mengenali kapan suatu keputusan yang buruk telah dibuat dan
merespons dengan cepat terhadap kesalahan. Tentu saja beberapa ahli percaya
bahwa pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang paling dasar dan
fundamental dari semua aktivitas manajerial.
Pengambilan
keputusan merupakan suatu bagian yang meresap pada sebagian besar aktivitas
manajerial. Hampir semua yang terjadi dalam sebuah perusahaan melibatkan
pengambilan keputusan yang telah dibuat.
Berdasarkan
uraian hal-hal tersebut, penulis akan membuat makalah yang berjudul “Pengambilan Keputusan” yang membahas
tentang pengambilan keputusan dalam konteks fungsi manajemen pertama,
perencanaan, serta cara pemecahan masalahnya.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
sifat dari pengambilan keputusan, perspektif rasional dari pengambilan
keputusan, dan aspek-aspek perilaku dari pengambilan keputusan, serta etika
pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan.
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulis membuat makalah ini adalah untuk mengetahui tentang cara-cara
pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan serta untuk memenuhi sebagian
tugas mata kuliah Pengantar Manajemen.
1.4
METODE
PENULISAN
Dalam
melakukan penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan.
1.5
SISTEMATIKA
PENULISAN
Makalah ini
dirangkai menjadi tiga bab. Secara umum bab-bab tersebut membicarakan
pokok-pokok penelitian bahasan sebagai berikut:
BAB
I : PENDAHULUAN
Berisi
tentang latar belakang dibuatnya makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB
II : PEMBAHASAN
Berisi
tentang pembahasan mengenai sifat dari pengambilan keputusan, perspektif
rasional dari pengambilan keputusan, dan aspek-aspek perilaku dari pengambilan
keputusan.
BAB
III : PENUTUP
Pada bab terakhir ini penulis ingin menyampaikan
beberapa kesimpulan dan hasil penelitian
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
JENIS
KEPUTUSAN DAN PERMASALAHANNYA
Keputusan
(decision) merupakan pilihan yang
dibuat dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses
identifikasi permasalahan dan peluang kemudian menyelesaikannya. Pengambilan
keputusan yang efektif mensyaratkan bahwa pengambil keputusan memahami situasi
yang mendorong keputusan.
2.1.1
JENIS-JENIS
KEPUTUSAN MANAJEMEN
A. KEPUTUSAN
TERPROGRAM
Keputusan
terprogram adalah keputusan yang diambil untuk merespon situasi yang sering
terjadi untuk membuat aturan pengambilan keputusan yang dikembangkan dan
diterapkan di masa yang akan datang. Contohnya memesan uang kertas dan
alat-alat kantor lain ketika persediaan berkurang pada level tertentu.
B. KEPUTUSAN
TIDAK TERPROGRAM
Keputusan
tidak terprogram merupakan keputusan yang diambil sebagai suatu respon atas
peristiwa yang unik, tidak memiliki kejelasan yang baik, dan bahkan tidak
terstruktur namun memiliki kensekuensi penting terhadap perusahaan. Contohnya
membangun pabrik baru, mengembangkan produk atau pelayanan baru.
2.1.2
FAKTOR
YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. Kepastian (certainty)
Seluruh
informasi yang dibutuhkan pengambil keputusan tersedia secara lengkap.
B. Ketidakpastian (uncertainty)
Mengetahui
sasaran yang ingin dicapai, tetapi informasi mengenai berbagai alternatif dan
kejadian-kejadian di masa depan tidak lengkap.
C. Risiko (risk)
Keputusan
yang memiliki sasaran yang jelas dan didasarkan pada informasi yang baik,
tetapi konsekuensi-konsekuensi masa depan dari masing-masing alternatif
keputusan tidak pasti.
D. Ambiguitas (ambiguity)
Suatu
kondisi dimana tujuan yang harus dicapai atau permasalan yang harus
diselesaikan tidak jelas sifatnya, namun informasi yang tersedia juga tidak
lengkap.
2.2
MODEL
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sebagian
besar manajer cenderung menganggap diri mereka sendiri sebagai pengambil
keputusan yang rasional, dan tentu saja banyak ahli yang berpendapat bahwa
manajer memang seharusnya berusaha untuk berpikiran serasional mungkin dalam
mengambil keputusan. Pendekatan-pendekatan
yang digunakan seorang manajer untuk mengambil keputusan biasanya berupa salah
satu dari tiga jenis model, yaitu model klasik, model administratif atau model
politik.
2.2.1
MODEL
YANG IDEAL DAN RASIONAL
A. MODEL KLASIK
Model pengambilan keputusan
didasarkan pada asumsi ekonomi rasional dan kekayaan menajer tentang seperti
apakah seharusnya pengambilan keputusan yang ideal itu. Model klasik dalam
pengambilan keputusan dianggap sebagai model yang normatif, yang berarti bahwa
model ini menentukan bagaimana seorang pengambil keputusan seharusnya mengambil
keputusan.
B. MODEL ADMINISTRATIF
Model
administratif dianggap
bersifat deskriptif, yang artinya model ini menggambarkan bagaimana manajer
benar-benar melakukan pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks dan
bukannya mendikte bagaimana manajer seharusnya mengambil keputusan berdasarkan
teori ideal.
C. MODEL POLITIK
Model keputusan yang ketiga ini
sangatlah berguna dalam membuat keputusan yang tidak terprogram ketika
situasinya tidak jelas, informasinya terbatas dan adanya konflik antar manajer
tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan dilakukan.
Manajer-manajer sering kali terlibat dalam pembangunan koalisi dalam membuat
keputusan organisasi yang kompleks. Sebuah koalisi adalah sebuah aliansi tidak
resmi di antara manajer-manajer yang mendukung sebuah tujuan tertentu. Model
politik dimulai dengan empat asumsi dasar, yaitu: 1) organisasi terdiri dari
beragam kepentingan, 2) informasi ambigu dan tidak lengkap, 3) manajer tidak
memiliki sumber daya untuk mengidentifikasi semua dimensi masalah, 4) manajer
terlibat dalam mendorong dan menarik
perdebatan untuk menentukan tujuan dan alternatif.
2.2.2
KEPUTUSAN
DI LUAR LOGIKA DAN RASIONALITAS
A. INTUSI
Suatu
kepercayaan yang melekat di dalam diri seseorang mengenai sesuatu hal tanpa
pertimbangan secara sadar. Manajer terkadang memutuskan untuk melakukan sesuatu
hal karena mereka memiliki firasat. Perasaan ini lebih didasarkan pada
pengalaman dan praktik selama bertahun-tahun dalam membuat keputusan di dalam
situasi yang serupa. Suatu firasat kadang-kadang dapat membantu manajer membuat
keputusan tanpa melalui uturan langkah yang rasional.
B. PENINGKATAN KOMITMEN
Proses
perilaku penting lain yang memengaruhi pengambilan keputusan adalah peningkatan
komitmen pada tindakan yang terpilih. Seorang pengambil keputusan kadang-kadang
membuat keputusan dan kemudian menjadi sangat terikat dengan tindakan yang
disarankan oleh keputusan tersebut sehingga mereka tetap bertahan pada suatu
keputusan, bahkan ketika keputusan itu tampak salah.
2.3
PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seorang
manajer yang benar-benar ingin mendekati suatu keputusan secara rasional dan
logis seharusnya berusaha untuk mengikuti langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan secara rasional tanpa memandang apakah keputusan bersifat terprogram
atau tidak, dan terlepas dari model yang akan digunakan dalam pengambilan
keputusan apakah klasik, administratif, atau politik.
Langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan secara rasional tersebut membantu mempertahankan
pengambil keputusan untuk tetap berfokus pada fakta dan logika dan membantu
upaya melindungi dari asumsi yang tidak sesuai. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Mengenali dan mendefinisikan situasi
keputusan
Langkah
pertama dalam pengambilan keputusan secara rasional adalah mengenali bahwa suatu
keputusan adalah penting, yaitu harus terdapat beberapa pemicu untuk memulai
proses. Permasalahan muncul ketika pencapaian organisasi telah sesuai dengan
apa yang ditetapkan. Peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian potensial
yang melebihi tujuan yang ditetapkan saat ini. Pengenalan terhadap permasalahan
akan mengarahkan manajer untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber,
termasuk sumber informal.
2.
Mendiagnosis dan menganalisis penyebab
Langkah kedua adalah mendiagnosis dan
menganalisis penyebab munculnya permasalahan. Diagnosis merupakan langkah
pengambilan keputusan yang dilakukan dengan menganalisis faktor penyebab
mendasar yang dikaitkan dengan situasi keputusan.
3.
Pengembangan alternatif
Setelah permasalahan dikenali dan
dianalisis, pengambilan keputusan mulai dipertimbangkan untuk melakukan
tindakan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan alternatif solusi yang
memungkinkan. Pada keputusan terpogram alternatif solusi lebih mudah untuk
diidentifikasi. Namun pada keputusan tidak terprogram, manajer umumnya hanya
mampu mengembangkan satu atau dua solusi.
4.
Pemilihan alternatif yang diinginkan
Setelah pengembangan alternatif, manajer
menetapkan mana yang akan dipilih. Alternatif terbaik adalah solusi yang paling
sesuai dengan keseluruhan tujuan dan nilai organisasi serta mencapai hasil yang
diinginkan. Pemilihan keputusan yang dilakukan oleh manajer juga tergantung
pada faktor pribadi dan preferensi seseorang terhadap risiko.
5.
Implementasi alternatif yang dipilih
Tahap implementasi meliputi penggunaan
kemampuan manajerial, administratif dan persuasif untuk menjamin alternatif
yang dipilih dapat dijalankan. Keberhasilan implementasi ini tergantung pada
bagaimana alternatif yang dipilih dapat dijalankan.
6.
Evaluasi dan umpan balik
Pada
tahap evaluasi manajer mengumpulan informasi mengenai seberapa efektif
penerapan keputuan yang dipilih mampu mencapai tujuan. Umpan balik sangat
dibutuhkan untuk proses ini karena pengambilan keputusan merupakan proses yang
berkelanjutan dan tidak berujung selama perusahaan menjalankan aktivitasnya.
2.4
ETIKA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Etika
individual adalah kepercayaan pribadi mengenai perilaku benar dan salah. Etika
secara jelas-jelas terkait dengan pengambilan keputusan dalam sejumlah cara.
Sebagai contoh, misalkan setelah analisis yang hati-hati seorang manajer
menyadari bahwa perusahaannya akan dapat menghemat uang dengan cara menutup
departemennya dan melakukan subkontrak dengan seorang pemasok untuk mendapatkan
jasa yang sama. Akan tetapi untuk merekomendasikan tindakan ini akan
mengakibatkan hilangnya beberapa pekerjaan, termasuk pekerjaannya sendiri.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa hal yang dapat penulis sampaikan
antara lain:
1.
Keputusan merupakan bagian integral dari
semua aktivitas manajerial, akan tetapi keputusan mungkin adalah yang paling
dekat dengan proses perencanaan.
2.
Pengambilan keputusan adalah tindakan
untuk memilih satu alternatif dari serangkaian alternatif.
3.
Pengambilan keputusan model klasik
mengasumsikan bahwa manajer memiliki informasi yang lengkap dan bahwa mereka
akan berperilaku secara rasional.
4.
Model administratif menyadari bahwa
manajer akan memiliki informasi yang tidak lengkap dan bahwa mereka tidak akan
selalu berperilaku secara rasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Griffin, W. R., 2004,
Manajemen Edisi Ketujuh, Terjemahan: Gina
Gania, Erlangga, Jakarta.
Sudarti dan
Widyastuti, Umi, 2011, Pengantar
Manajemen, Fakultas Ekonomi UNJ, Jakarta.
Daft, L.
Richard, 2002, Manajemen Edisi Kelima,
Terjemahan: Emil Salim, Erlangga, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar