- PKN
Sebagai Social Studies
Perubahan global
memunculkan pula pada penurunan semangatnasionalisme dan patriotisme, sebab
terjadi kebangkitan sukuisme dan sektariesme yang tidak diharapkan disamping
semangat hedonisme.
Untuk mencapai
harapan yaitu mencapai warga negara yang baik, peranan ideologi Pancasila
sangat penting. Ideologi Pancasila telah
ditetapkan sebagai ideologi terbuka. Konsekuensinya harus mampu menyesuaikan
diri dan tahan terhadap perubahan ideologi-ideologi besar dunia.
Undang-undang
Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Dalam
pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
bedasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Berdasarkan
Undang-Undang sistem pendidikan nasional terlihat dengan jelas bahwa IPS dan
PKN memiliki kedudukan tersendiri. Namun ada beberapa materi PKN yang dapat
disumbangkan pada IPS ( diisi PKN ). Konsep social studies yang dapat diisi
oleh PKN antara lain (1) Power,
authority and govermance, (2) Civics ideal and practices. Konsep social studies
diambil dari NCCS.
Ada sepuluh tema
social studies dari NCCS yaitu (1) culture, (2) time, contunity and change (3)
people, places and enviroments, (4) individual development and identity, (5)
individual, groups and institutions, (6) power, authority, and govermance, (7)
production, distribution, and consumption, (8) science, technology and society.
(9) global connection, (10) civic ideal and practices. (NCCS
http://www.socialstudies.org/standard/exec.html )
Nursid ( 1948 :21
) menyatakan bahwa pembelajaran IPS melatih keterampilan mahasiswa baik
keterampilan fisik maupun keterampilan berfikirnya dalam mengkaji dan mencari
jalan keluar dari masalah yang
dialaminya. Pengertian ini menekankan pada misi dan tujuan IPS, yaitu
mengembangkan kemampuan dan keterampilan agar siswa mampu hidup serasi, selaras
dan seimbang dengan lingkungannya.
Pengajaran IPS
bukan menyajikan materi yang hanya memenuhi isi berkaitan dengan ingatan
mahasiswa, akan tetapi lebih jauh mengkaji kebutuhannya sendiri dan sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Gejala dan masalah yang ada pada
lingkungan mahasiswa dapat dijadikan stimulant untuk dapat menarik perhatian
mahasiswa, jika gejala tersebut dilihat dari berbagai dimensi, yaitu dari segi
ekonomi, sikap mental, pemerintahan atau yang lebih relevan.
Dengan membawa persoalan yang
ditemukan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari dan dibawa ke dalam kelas serta
di bahas bersama baik oleh dosen – mahasiswa, maupun antar mahasiswa. Hal ini
akan melatih mahasiswa untuk melakukan diagnosis terhadap masalah sosial,
selanjutnya melatih untuk menyusun alternative pemecahannya. Lebih lanjut dapat
menjadikan mahasiswa berfikir kreatif, kritis dan terlatih untuk berani
mengambil keputusan.
Dalam pengajaran IPS masyarakat
merupakan sumber belajar dan materi yang utama. Serta sebagai laboratoriun (out
door). Pengetahuan, prinsip, dan teori IPS dipelajari mahasiswa dalam kelas dan
dapat di uji coba atau diaplikasikan dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam
pengajaran IPS dosen harus mampu membawa mahasiswa pada kenyataan hidup yang
sebenarnya, agar mahasiswa menghayati, menanggapi, menganalisis, dan
mengealuasi. Pada akhirnya mahasiswa dapat membina kepekaan, sikap mental dan
keterampilan dalam menghadapi kehidupan nyata.
Hal ini sejalan dengan
dikemukakan Nursyid ( 1984 : 20 ) bahwa : melalui pengajaran IPS diharapkan
terbinanya warga negara yang akan datang, yang peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat, melalui sikapmental yang positive terhadap segala
ketimpangan yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun yang
melanda kehidupan masyarakat.
Pendidikan IPS yang harus
diperhatikan oleh dosen adalah : (1) kemampuan dalam memberikan bekal
pengetahuan tentang manusia dan seluk beluk kehidupannya; (2) membina kesadaran,
keyakinan, dan sikap akan pentingnya hidup bermasyarakat dengan penuh rasa
kebersamaan, bertanggung jawab, dan manusiawi; (3) membina keterampilan hidup
bermasyarakat dalam Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila; (4) membina,
memberikan bekal dan kesiapan untuk belajar lebih lanjut ke jenjang yang lebih
tinggi ( Djahiri, 1996:4 )
Komponen lain yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan maupun hendaknya
memperhatikan faktor berikut : (1)
tingkat perkembangan usia dan belajar siswa; (2) pengalaman belajar dan
lingkungan budaya siswa; (4) proyeksi harapan pembangunan nasional.daerah yang
tentu mampu dijangkau dan diperankan siswa kini dan kemudian har; (5)isi dan
pesan moral budaya bangsa, Pancasila dan Agama yang dianut dan diakui bangsa
Indonesia ( Djahiri ; 1996 : 5 )
- Sejarah dan Antropologi Sebagai Social
Studies
Sejarah
sebagai Social Studies
Antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial
mempunyai hubungan timbal balik. Sejarah diuntungkan oleh ilmu-ilmu sosial dan
sebaliknya. Dalam penulisan sejarah baru, sejarawan banyak memanfaatkan
ilmu-ilmu sosial, karena itu penjelasan sejarah didasarkan atas ilmu-ilmu
sosial.
Proses saling mendekati antara sejarah dan
ilmu-ilmu sosial disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
- Penulisan sejarah konfensional,
deskriptif, naratif, tidak memuaskan lagi karena tidak dapat menjawab berbagai
permasalahan atau gejala yang serba kompleks.
- Pendekatan multidimensional atau social
socientific adalah yang paling tepat untuk digunakan sebagai cara menggarap
permasalahan atau gejala tersebut diatas.
- Ilmu-ilmu sosial telah mengalami
perkembangan yang pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang
merupakan alat analitis yang relevan sekali untuk keperluan analistis
histories.
- Studi sejarah tidak terbatas pada
pengkajian hal-hal informative tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan
bagaimana, tetapi juga ingin mengungkapkan struktur masyarakat, pola kelakuan,
kecenderungan proses dalam berbagai bidang dan lain-lain. kesemuanya itu
menuntut adanya alat analistis yang tajam dan mampu mengekstrapolasikan fakta,
unsur, pola dan sebagainya. (Kartodirjo, 1993: 121-122)
- Bedasarkan proses saling mendekati tersebut, beerbagai topic social
penting ada kaitannya dengan konsep sejarah dapat diberikan dalam rangka IPS
antara lain ; masalah-masalah jatidiri bangsa, patriotisme dan nasionalisme,
konflik, kekuasaan, kepemimpinan, masalah keadilan da banyak lagi. Berbagai
masalah dapat dijelaskan berdasarkan berbagai fakta, konsep, prinsip, dan
egeneralisasi yang terdapat dalam berbagai cabang ilmu-ilmu social baik melalui
pendekatan integrative, interdisipliner maupun transdisipliner.
Antropologi sebagai Social studies
A.
Pengertian, konsep, dan teori-teori
antropologi
Pengertian antropologi secara umum adalah ilmu
yang mempelajari umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya. Serta untuk memperoleh pengertian lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
Perilaku manusia merupakan obyek studi
seluruh ilmu-ilmu sosial, akan tetapi antropologi labih memfokus kajian pada
perilaku masyarakat dan ciri pembawaan fisik mereka.
Konsep penting dalam antropologi antara
lain kebudayaan, difusi, tradisi, akulturasi, konflik, nilai, norma,
etnosentrisme, elatifisme budaya, dan upacara peralihan.
Kajian antopolog tidak berhenti hanya pada
pendeinisian suatu konsep. Keterkaitan yang lebih mendalam semakin memberikan
peluang dalam mengkaji relevansi antara konsep-kosep yang ada. Relevansi konsep
tidak hanya antara konsep-konsep dalam Antropologi, tetapi lebih diutamakan
dengan konsep ilmu-ilmu social yang lain seperti konsep etnosentrisme dalam
Antropologi dihubungkan dengan konflik dari sosiologi dan politik. Model
pengkajian melalui hubungan konsep anatar disiplin ilmu social memungkinkan terjadinya
integrasi yang lebih komperhensif
Teori-teori dalam antopologi antara lain
evolusionisme, historisme, difusionisme, fungsionalisme, konfigurasionalisme,
pendekatan psikologis serta cultural materialisme
Pendekatan struktur berfikir yang
digunakan oleh para antropolog sebagaimana ilmu social lain tersebut
menghasilkan rumusan bertingkat yang berawal dari fakta, konsep, generalisasi,
dan teori.
B.
Hubungan Antropolog dengan Ilmu-ilmu
Sosial lainnya
Hubungan
yang terjadi antara ilmu panteologi dengan Antropologi :
Batuan dari Paleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil
makhluk-makhluk dari zaman daulu membuat suatu rekontruksi tentang proses
evolusi bentuk-bentuk makhluk dari zaman dahulu kala hingga sekarang.
- Hubungan
ilmu sejarah dengan antropologi
- Sejarah mendapatkan bahan prehistori dari
Antropologi yang merupakan bagian dari pangkal sejarawan dari berbagai bangsa
di dunia.Ø
Hubungan
antara ilmu Geografi dengan Antropologi
- Geografi mencoba mncapai pengertian
tentang alam dunia ini dengan memberi pelukisan tentang bumi serta ciri-ciri
dari segla macam bentuk makhlu hidup yang menduduki muka bumi. Mengingat
antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah aneka warna
manusia, maka sudah barang tentu Geografi tidak dapat mengabaikan Antropologi.
- Hubungan
anatara ilmu ekonomi dengan antropologi
Ekonomi tidak dapat mempergunakan dengan
sempurna konsep-konsep dengan teorinya, tanpa pengetahuan tentang system
kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup masyarakat tertentu.
- Hubungan
anatara ilmu politik dengan antropologi
Ilmu politik merupakan antropologi dalam
kaitan mempelajari social budaya dari kekuatan-kekuatan politik yang dimiliki
oleh masyarakat.
- Hubungan
antara ilmu hukum adat dengan antropologi
Ahli hukum adat banyak menggunakan metode
antropologi untuk menyelami latar belakang hukum adat diberbagai daerah
C.
Integrasi
Antropologi dalam pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
- Integrasi Antropologi dalam pendidikam IPS
sebagai suatu materi yang komperhensif, ditelaah menurut spesifikasi dan
struktur Antropologi sebagai suatu disiplin ilmu dan ketrkaitan yang erat
antara Antropologi dengan ilmu-ilmu social yang lain. berdasarkan hal tersebut,
antropologi dapat menawarkan konsep-konsep yang dapat dikaji secara bersama
dengan ilmu-ilmu social lain atau setidakanya memiliki keterkaitan yang kuat
dan keterkaitan yang relative sama dalam terhadap konsep, gejala, atau masalah
sosial yang terjadi.
- Integrasi
Antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain dalam pendidikan IPS tampaknya semakin
nyata apabila dimunculkan tema-tema sentral dalam Antropologi yang dapat
dijadika sebagai objek kajian ilmu-ilmu social yang lain.
5.3
Geografi Sebagai Social Studies
A.
Hakekat Geografi
Istilah
geografi diambil dari bahasa Yunani “Geographia”
yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan ilmu bumi. Geografi berasal
dari kata Geo yaitu bumi, dan Grafi yaitu graphein
yang berarti pencintraan. Jadi geografi merupakan ilmu yang mencitrakan atau
menggambarkan keadaan bumi.
Menurut
Bintarto (1978), “Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan,
menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk,
serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi
dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu”.
Berdasarkan seminar
dan lokakarya para ahli geografi Indonesia di Semarang tahun 1988, “Geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geosfer dengan
sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan”.
Berdasarkan
definisi di atas, maka kajian geografi adalah fenomena atau gejala-gejala yang
terjadi pada permukaan bumi (geosfer). Kajian geografi lebih dicirikan oleh
sudut pandang atau cara penjelasannya di dalam mengkaji geosfer tersebut.
Adapun sudut pandang tersebut adalah keruangan (spatial), kelingkungan
(ekologi), dan kewilayahan (regional). Geosfer atau ruang muka bumi sebagai
substansi kajian Geografi merupakan fenomena yang terdiri dari batuan
(litosfer), udara (atmosfer), air (hidrosfer), flora dan fauna (biosfer), dan
manusia (antroposfer)
B.
Perkembangan Geografi
Orang yang pertama kali mengaku diri
sebagai geografiwan ialah Eratosthenes (276-196 SM). Eratosthenes berjasa besar
dalam penunjukkan lokasi dan
penghitungan keliling bumi dengan sistem garis-garis (grid system) yang
mirip dengan garis-garis lintang dan garis bujur sekarang. Dengan sistem ini
maka lokasi tempat-tempat dapat dinyatakan dengan tepat. Dari masa Eratosthenes
sampai kira-kira tahun 1800-an, geografi menitikberatkan pada deskripsi lokasi
tempat-tempat secara tepat. Titik berat telaah geografi ditunjukkan terutama
untuk menjawab pertanyaan tentang “ke- di mana-an”.
Dalam abad
ke-15 penemuan daerah-daerah baru mulai meningkat, sehingga kira-kira pada
tahun 1800-an hamper seluruh dunia sudah dikenal. Kemudian kajian geografi
semakin luas, bukan hanya tentang ke-di mana-an, melainkan juga tentang
generalisasi tempat.
Pada abad
ke-17 telaah ruang lingkup geografi telah lengkap. Bernhardius Varenius
memperkenalkan “Geographia Generalis”
dan “Geographia Specialis”. Kemudian
geografi umum lebih dikenal sebagai Geografi Sistematik atau Geografi Topikal.
Sedangkan geografi spesialis atau geografi khusus menjadi Geografi Regional.
Dasar keilmuan
geografi menjadi semakin kokoh dengan hadirnya tiga orang pakar Georafi Jerman
yaitu Immanuel Kant yang memberi dasar filsafat pada geografi, Alexander Von
Humboldt, dan Karl Ritter yang member landasan metodoligis geografi makin
mapan. Menurut Abler, uraian geografi pada masa 1972 sampai tahun 1950-an
menitik beratkan pada klasifikasi tempat-tempat ke dalam suatu kelompok
berdasarkan kriteria isi atau sifat tempat tersebut.
Tahun 1950-an
disebut sebagai “Revolusi Kuantitatif” dalam geografi karena analisis yang
digunakan tidak lagi hanya menekan pada kekhasan wilayah yang bersifat
deskriptif, melainkan sudah menggunakan analisis dengan bantuan ilmu statistik
dan kemajuan teknologi. Pada tahun 1965-an, geografi mengalami perkembangan
lebih jauh, yaitu dengan dimulainya era “Revolusi Behavioral”.
C.
Cabang-cabang Geografi
Secara garis besar geografi dapat
diklasifikasikan menjadi Geografi Fisik (Physical
Geography), Geografi Manusia (Human
Geography), dan Geografi Wilayah (Regional
Geography).
Geografi fisik merupakan cabang ilmu
geografi yang mempelajari fisik permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara,
dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala
alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena
itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
Geografi manusia merupakan cabang ilmu
geografi yang objek kajiannya adalah manusia beserta aktivitasnya di permukaan
bumi. Geografi manusia terbagi menjadi beberapa cabang yaitu, geografi
penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi pemukiman.
- Geografi
penduduk merupakan cabang geografi manusia yang objek studinya keruangan
penduduk. Objek studi ini meliputi penyebaran dan perandingan jenis kelamin
penduduk dari suatu wilayah.
- Geografi
ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur
keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan
struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan,
transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
- Geografi
politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek
keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan
internasional, pemerintahan atau kenegaraan di permukaan bumi.
- Geografi
pemukiman adalah cabang geografi yang objek studinya berkaitan dengan
pengembangan pemukiman di suatu wilayah permukaan bumi.
Geografi regional merupaka diskripsi yang
menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya
adalah interelasi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruangan
tertentu.
D.
Materi Kajian Geografi
Menurut Unwin (1992), James (1972), dan
Sutikno (2000), ciri geografi dapat dilihat dari empat hal, yaitu: (1) Geografi
adalah apa yang dilakukan oleh Geografiwan, (2) materi kajian, (3) teknik dan
metode, (4) pertanyaan dan cara menjawabnya. Secara ringkas keempat ciri
geografi dijelaskan sebagai berikut:
- Geografi adalah “apa” yang dilakukan oleh
geografiwan. Pengertian ini didasarkan pada aktivitas yang dilakukan Geograf
dalam bekerja dan mengembangkan keilmuannya.
- Materi kajian atau objek geografi berupa
Geosfer yang terdiri atas Litosfer (lapisan batuan), Hidrosfer (lapisan air),
Atmosfer (lapisan udara), Biosfer (lapisan tumbuhan dan hewan), dan Antroposfer
(lapisan tempat tinggal manusia).
- Teknik dan metode. Walaupun teknik dan
metode bersifat universal bagi ilmu pengetahuan, tetapi ada perbedaan kecil
dalam teknik dan metode dalam ilmu geografi.
- Pertanyaan dan cara menjawabnya. Bagian
keempat inilah yang lebih mencirikan geografi, untuk memudahkan tentang apa itu
geografi, makan sering digunakan 4W + 1H (what, where, when, why, how).
Pertanyaan “What” muncul dalam menjawab fenomena (peristiwa yang dijelaskan
secara ilmiah), misalnya fenomena fisik, sosial, yang ada di permukaan bumi.
“Where” menunjukkan di mana ruang fenomena tersebut terjadi. “Why” merupakan
pertanyaan untuk interelasi, interaksi, dan interdependensi antara fenomena.
“When” menunjukkan kapan terjadinya fenomena tersebut. Sedangkan “How”
berfungsi untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas suatu fenomena geografis.
E.
Konsep-konsep Inti Georafi
Fakta dalam geografi adalah hal yang
berhubungan dengan pengamatan manusia, misalnya hujan, sungai, manusia, gunung,
hutan, sawah. Sedangkan konsep geografi seperti lingkungan, hubungan bumi
dengan matahari, distribusi keruangan wilayah, budaya, sumber daya alam, sumber
daya manusia, penduduk, perubahan litosfer, atmosfer, aktivitas manusia, flora
dan fauna, dataran tinggi, dataran rendah, pasang naik dan pasang surut, curah
hujan, dan lain-lain.
Konsep-konsep geografi
ekonomi seperti wilayah-wilayah perdagangan dunia, sumber daya alam, dan sumber
daya khusus, misalnya modal dasar, kekayaan lingkungan, ketenagakerjaan,
hubungan distribusi barang-barang.
Konsep dari
geografi lingkungan adalah lokasi, distribusi keruangan, asosiasi wilayah,
interaksi keruangan, penduduk urbanisasi, migrasi, dan wilayah-wilayah
kebudayaan.
Konsep dari
geografi budaya adalah kebudayaan barat, wilayah kebudayaan non-barat, wilayah
kebudayaan secara agama, dan lain sebagainya.
Generalisasi
dalam geografi adalah sebagai berikut
- Lokasi dan aktivitas-aktivitas produktif
suatu komunitas adalah faktor-faktor kunci dalam interaksinya dengan
tempat-tempat lain.
- Urbanisasi memberikan peluang untuk
mengembangkan kota-kota dan munculnya perencanaan penggunaan ruang yang lebih
baik.
- Perubahan menempatkan diri sebagai suatu
konstan di permukaan bumi.
- Mengolah tanah berbeda-beda di
masing-masing tempat di muka bumi, hal ini tergantung pada jenis tanah, letak,
curah hujan, ketersediaan air, jenis tanaman, dan lain-lain.
Unit program pengajaran IPS banyak diambil
atau diadaptasi secara ekstensif dari geografi yang utamanya yang berhubungan
dengan kebutuhan menjelaskan karakteristik dari wilayah-wilayah dan hubungan
timbal-balik manusia dan lingkungannya, baik lingkungan budaya maupun alami.
Ada lima pengkajian dalam pembelajaran
kajian geografi:
- Physical
Geography (geografi
fisikal), yang meliputi kajian landforms,
bentuk-bentuk perairan, iklim, dan bentuk-bentuk fisikal lainnya.
- Area
regional (wilayah
regional). Mengkaji bentuk-bentuk fisikal dalam suatu wilayah sehingga
menampilkan tempat-tempat dengan karakterisktik yang bervariasi, sehingga dapat
dibedakan antara tempat yang satu dengan yang lainnya.
- Cultural
geography (geografi
budaya), kajian difokuskan pada cara-cara kehidupan (manusia) menginterpretasi,
mengeksploitasi, mengembangkan sumber-sumber ekologis atau lingkungannya.
Rinciannya adalah hubungan kebudayaan dengan lingkungan, sumber daya dengan
adaptasi dan modifikasi, modifikasi dengan lingkungan.
- Location
or Spatial, pendekatan
keruangan yang berfokus pada lokasi tempat-tempat, dan distribusi penataan
kota-kota, penduduk, dan bentukan-bentukan lainnya.
- Historical
geography, berkepentingan
dengan perubahan waktu yang dihubungkan dengan aspek-aspek fisikal, regional,
cultural, dan pendekatan-pendekatan keruangan.
- Agama Sebagai Social Studies
Pengertian Agama dan Tujuannya
Barangkali tidak ada
yang sulit diberi peringatan dan defisi selain dari kata “Agama”. Paling tidak
ada tiga alasan untuk ini. Pertama, karena pengalaman agama itu adalah soal
batin dan subyektif, juga sangat individualistis. Alasan kedua, tidak ada orang
yang bersemangat dan emosional yang kuat, sehingga sulit memberikan arti
kalimat agama tersebut. Alasan ketiga, konsepsi tentang agama akan dipengaruhi
oleh tujuan dan mengartikan agama ( H. A. Mukti Ali : 1971 dalam kuliah Al
Islam :21 ). Dalam hal yang sama juga dikemukakan oleh Quraish Sihab ( 1996 :
375 ) bahwa tidak mudah mendefinisikan agama, apalagi di dunia ini kita
menemukan kenyataan bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang terhadap
agama ditentukan oleh kepahamannya terhadap ajaran agama itu sendiri. Ketika
pengaruh gereja di Eropa menindas para ilmuan sebagai akibat penemuan mereka
yang dianggap bertentangan dengan kitab suci, para ilmuan pada akhirnya
meninggalkan agama.
Dalam masyarakat
Indonesia selain dari kata agama, dikenal kata “din” dalam bahasa arab dan kata
religi dari bahasa eropa. Agama berasal dari Sanskrit. Satu pendapan mengatakan
bahwa kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dagam = tidak pergi, jadi
artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun – temurun. Agama memang
mempunyai sifat demikian. Ada lagi yang berpendapat yang mengatakan bahwa agama
adalah teks atau kitab suci. Dan agama – agama memang mempunyai kitab – kitab
suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa “gam” berarti tuntunan. Agama mengandung
ajaran – ajaran yang menjadi tutunan hidup bagi penganutnya.
“Din” dalam bahasa
semit berarti undang – undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata ini mengandung
arti menguasai, menundukan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang
membawa peraturan – peraturan yang merupakan hukum dan harus di patuhi. Agama
selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh
kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran – ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi
membawa kewajiban – kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang
menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula pada paham
balasan. Yang menjalankan kewajiban dan patuh akan mendapatkan balasan dari
Tuhan. Yang tidak menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapat
balasan tidak baik.
Religi berasal dari
bahasa latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah relegere yang mengandung arti
mengumpulkan, membasa. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi
kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam kitab-kitab suci yang harus di baca. Tetapi
menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat.
Ajaran-ajaran agama memang memiliki sifat mengikat bagi manusia atau terdapat
pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan, dengan kata lain agama mengikat
manusia dengan Tuhan (Harun Nasution : 1974 : 9).
Intisari yang
terkandung dalam istilah-istilah di atas adalah ikatan. Agama mengandung arti
ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini kmempunyai
pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Nikatan itu
berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib
yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera.
Oleh karena itu agama
diberi definisi-definisi :
- Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
- Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia.
- Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan mempengaruhi
perbuatan manusia.
- Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu.
- Suatu sistem tingkah laku (code of coduct) yang berasal
dari suatu kekuatan gaib.
- Pengakuan terhadapnya adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
- Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari
perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat
dalam alam sekitar manusia.
- Ajaran-ajaran diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang Rasul.
Dengan demikian
unsur-unsur yang penting terdapat dalam agama ialah : pertama, kekuatan ghaib.
Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai
tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan
baik dengan kekuatan ghaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan
mematuhi perintah dan larangan kekuatan ghaib itu. Kedua, keyakinan manusia
bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan bhisdupnya di akhirat tergantung pada
apa adanya hubungan baik dengan kekuatan ghaib yang dimaksud. Dengan hilangnya
hubungan baik itu, kesejahteraannya dan kebahagian yang akan dicari akan hilang
pula. Ketiga, respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa
mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama
primitive, atau perasaan cinta, seperti terdapat dalam agama monoteisme. Lebih
lanjut respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama
primitive atau pemujaan yang terdapat dalam agama monoteisme. Lebih lanjut lagi
respon itu diambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yangbersangkutan,
dan keempat, paham adanya byang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kegiatan
ghaib, yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu (Harun Nasution : 10)
Fitrah berarti
“Penciptaan” atau “kejadian”. Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula
atau bawaan sejak lahir censerung untuk memeluk agama, sebagaimana di jelaskan
dalam Al-Quran surat al-Rum ayat 30.
Mengapa manusia
dengan fitrahnya butuh kepada agama dan mengapa harus memeluk agama islam yang
diturunkan melalui Rasul-Rasul Allah. Hal ini karena dengan penciptaan manusia
dan unsur rohani atau ruh. Jasmani atau tubuh mausia berasal dari materi
seperti tanah, air, sedangkan rohani atau roh berasal dari immateri yang datang
dari Allah SWT. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna selain
memiliki jasmani, juga memiliki Nafs, Qalb, Roh, dan Aql. Manusia dengan
nafasnya berpotensi baik dan buruk, kemudian dengan Qalb nya berpotensi untuk
tidak konsisten. Berbicara mengenai uh, manusia tidak memiliki potensi apa
sesungguhnya ruh itu, oleh karena Allah tidak memberikan pengetahuan kepada
manusia tentang ruh itu kecuali sedikit. Manusia dengan Aql atau akalnya mampu
berpikir.
Allah telah
menjadikan manusia sesuai dengan fitrahnya, yaitu memiliki Nafs, Qalb, Ruh,
Aql, terapi dengan semua daya yang diberikan oleh Allah itu manusia belum mampu
untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, belum mampu untuk
beribadah atau mendekatkan diri kepada Allah, serta bagaimana menjalani
kehidupan agar senantiasa mendapatkan keridhoan Allah SWT. Manusia dengan
akalnya tidak mampu mengetahui apakah berzina itu baik atau buruk, tidak
mengetahui mana yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan dan mana yang
ditinggalkan, serta apa arti hidup di dunia ini dan bagaimana setelah
meninggalkan alam dunia ini. Semua itu
bisa dijawab dan diketahui oleh manusia hanya dengan penjelasan wahyu
Allah melalui ajaran Islam. Dan hanya orang yang mau menjadikan wahyu Allah
sebagai pedoman hidupnya yang mampu menjalani hidup dengan ketenangan dan
kebahagiaan untuk mendapatkan keridhoan Allah, baik untuk kehidupan di dunia
dan di hari akhirat. Oleh karena itu manusia membutuhkan agama untuk dapat
membimbingnya ke jalan yang benar dan lurus melalui ajaran wahyu yang
diturunkan oleh Allah melalui para Rasul-Rasul semenjak Nabi Adam as sampai
dengan Nabi Muhammad saw untuk di jadikan pedoman hidup yang penuh dengan
kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Komentar
Posting Komentar