Brand Engangement

Sebuah merek memainkan peranan penting bagi sebuah produk dan perusahaan. Membentuk jalinan kuat antara konsumen dan merek menjadi tujuan utama dari aktivitas pemasaran. Faktor penting dalam memahami perilaku konsumen dapat ditentukan melalui bagaimana konsumen menggunakan suatu merek. Diantara banyak cara konsumen berinteraksi dengan produk atau merek tertentu, brand engagement salah satu prediktor terkuat dalam menentukan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Pengetahuan akan suatu merek tidaklah cukup bagi menentukan loyalitas konsumen terhadap produk, sehingga dibutuhkan keterikatan emosional dalam bentuk komitmen terhadap suatu merek atau kecintaan merek. Keterikatan tersebut dapat diidentifikasi melalui adanya sikap yang didasarkan atas kemauan untuk mempertahankan hubungan jangka panjang degan suatu merek tertetu. Secara definisi brand engagement dapat diartikan sebagai proses pembentukan hubungan yang bermakna antara konsumen dengan sebuah brand, dimana dalam proses ...

IPS Ditinjau Dari Berbagai Program Studi Pengajaran

  •  PKN Sebagai Social Studies  

    Perubahan global memunculkan pula pada penurunan semangatnasionalisme dan patriotisme, sebab terjadi kebangkitan sukuisme dan sektariesme yang tidak diharapkan disamping semangat hedonisme.
          
    Untuk mencapai harapan yaitu mencapai warga negara yang baik, peranan ideologi Pancasila sangat penting. Ideologi  Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi terbuka. Konsekuensinya harus mampu menyesuaikan diri dan tahan terhadap perubahan ideologi-ideologi besar dunia.
    Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Dalam pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang bedasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

    Berdasarkan Undang-Undang sistem pendidikan nasional terlihat dengan jelas bahwa IPS dan PKN memiliki kedudukan tersendiri. Namun ada beberapa materi PKN yang dapat disumbangkan pada IPS ( diisi PKN ). Konsep social studies yang dapat diisi oleh PKN  antara lain (1) Power, authority and govermance, (2) Civics ideal and practices. Konsep social studies diambil dari NCCS.  

    Ada sepuluh tema social studies dari NCCS yaitu (1) culture, (2) time, contunity and change (3) people, places and enviroments, (4) individual development and identity, (5) individual, groups and institutions, (6) power, authority, and govermance, (7) production, distribution, and consumption, (8) science, technology and society. (9) global connection, (10) civic ideal and practices. (NCCS http://www.socialstudies.org/standard/exec.html )

    Nursid ( 1948 :21 ) menyatakan bahwa pembelajaran IPS melatih keterampilan mahasiswa baik keterampilan fisik maupun keterampilan berfikirnya dalam mengkaji dan mencari jalan keluar  dari masalah yang dialaminya. Pengertian ini menekankan pada misi dan tujuan IPS, yaitu mengembangkan kemampuan dan keterampilan agar siswa mampu hidup serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungannya.

    Pengajaran IPS bukan menyajikan materi yang hanya memenuhi isi berkaitan dengan ingatan mahasiswa, akan tetapi lebih jauh mengkaji kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Gejala dan masalah yang ada pada lingkungan mahasiswa dapat dijadikan stimulant untuk dapat menarik perhatian mahasiswa, jika gejala tersebut dilihat dari berbagai dimensi, yaitu dari segi ekonomi, sikap mental, pemerintahan atau yang lebih relevan.
    Dengan membawa persoalan yang ditemukan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari dan dibawa ke dalam kelas serta di bahas bersama baik oleh dosen – mahasiswa, maupun antar mahasiswa. Hal ini akan melatih mahasiswa untuk melakukan diagnosis terhadap masalah sosial, selanjutnya melatih untuk menyusun alternative pemecahannya. Lebih lanjut dapat menjadikan mahasiswa berfikir kreatif, kritis dan terlatih untuk berani mengambil keputusan.

    Dalam pengajaran IPS masyarakat merupakan sumber belajar dan materi yang utama. Serta sebagai laboratoriun (out door). Pengetahuan, prinsip, dan teori IPS dipelajari mahasiswa dalam kelas dan dapat di uji coba atau diaplikasikan dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam pengajaran IPS dosen harus mampu membawa mahasiswa pada kenyataan hidup yang sebenarnya, agar mahasiswa menghayati, menanggapi, menganalisis, dan mengealuasi. Pada akhirnya mahasiswa dapat membina kepekaan, sikap mental dan keterampilan dalam menghadapi kehidupan nyata.
    Hal ini sejalan dengan dikemukakan Nursyid ( 1984 : 20 ) bahwa : melalui pengajaran IPS diharapkan terbinanya warga negara yang akan datang, yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, melalui sikapmental yang positive terhadap segala ketimpangan yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun yang melanda kehidupan masyarakat.

    Pendidikan IPS yang harus diperhatikan oleh dosen adalah : (1) kemampuan dalam memberikan bekal pengetahuan tentang manusia dan seluk beluk kehidupannya; (2) membina kesadaran, keyakinan, dan sikap akan pentingnya hidup bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan, bertanggung jawab, dan manusiawi; (3) membina keterampilan hidup bermasyarakat dalam Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila; (4) membina, memberikan bekal dan kesiapan untuk belajar lebih lanjut ke jenjang yang lebih tinggi ( Djahiri, 1996:4 )

    Komponen lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan maupun hendaknya memperhatikan  faktor berikut : (1) tingkat perkembangan usia dan belajar siswa; (2) pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa; (4) proyeksi harapan pembangunan nasional.daerah yang tentu mampu dijangkau dan diperankan siswa kini dan kemudian har; (5)isi dan pesan moral budaya bangsa, Pancasila dan Agama yang dianut dan diakui bangsa Indonesia ( Djahiri ; 1996 : 5 )

  • Sejarah dan Antropologi Sebagai Social Studies

    Sejarah sebagai Social Studies
    Antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial mempunyai hubungan timbal balik. Sejarah diuntungkan oleh ilmu-ilmu sosial dan sebaliknya. Dalam penulisan sejarah baru, sejarawan banyak memanfaatkan ilmu-ilmu sosial, karena itu penjelasan sejarah didasarkan atas ilmu-ilmu sosial.

    Proses saling mendekati antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
    1. Penulisan sejarah konfensional, deskriptif, naratif, tidak memuaskan lagi karena tidak dapat menjawab berbagai permasalahan atau gejala yang serba kompleks.
    2. Pendekatan multidimensional atau social socientific adalah yang paling tepat untuk digunakan sebagai cara menggarap permasalahan atau gejala tersebut diatas.
    3. Ilmu-ilmu sosial telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang merupakan alat analitis yang relevan sekali untuk keperluan analistis histories.
    4. Studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informative tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana, tetapi juga ingin mengungkapkan struktur masyarakat, pola kelakuan, kecenderungan proses dalam berbagai bidang dan lain-lain. kesemuanya itu menuntut adanya alat analistis yang tajam dan mampu mengekstrapolasikan fakta, unsur, pola dan sebagainya. (Kartodirjo, 1993: 121-122)
  • Bedasarkan proses saling mendekati tersebut, beerbagai topic social penting ada kaitannya dengan konsep sejarah dapat diberikan dalam rangka IPS antara lain ; masalah-masalah jatidiri bangsa, patriotisme dan nasionalisme, konflik, kekuasaan, kepemimpinan, masalah keadilan da banyak lagi. Berbagai masalah dapat dijelaskan berdasarkan berbagai fakta, konsep, prinsip, dan egeneralisasi yang terdapat dalam berbagai cabang ilmu-ilmu social baik melalui pendekatan integrative, interdisipliner maupun transdisipliner.
    Antropologi sebagai Social studies

    A.      
    Pengertian, konsep, dan teori-teori antropologi
    Pengertian antropologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya. Serta untuk memperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia.

    Perilaku manusia merupakan obyek studi seluruh ilmu-ilmu sosial, akan tetapi antropologi labih memfokus kajian pada perilaku masyarakat dan ciri pembawaan fisik mereka.

    Konsep penting dalam antropologi antara lain kebudayaan, difusi, tradisi, akulturasi, konflik, nilai, norma, etnosentrisme, elatifisme budaya, dan upacara peralihan.

    Kajian antopolog tidak berhenti hanya pada pendeinisian suatu konsep. Keterkaitan yang lebih mendalam semakin memberikan peluang dalam mengkaji relevansi antara konsep-kosep yang ada. Relevansi konsep tidak hanya antara konsep-konsep dalam Antropologi, tetapi lebih diutamakan dengan konsep ilmu-ilmu social yang lain seperti konsep etnosentrisme dalam Antropologi dihubungkan dengan konflik dari sosiologi dan politik. Model pengkajian melalui hubungan konsep anatar disiplin ilmu social memungkinkan terjadinya integrasi yang lebih komperhensif

    Teori-teori dalam antopologi antara lain evolusionisme, historisme, difusionisme, fungsionalisme, konfigurasionalisme, pendekatan psikologis serta cultural materialisme

    Pendekatan struktur berfikir yang digunakan oleh para antropolog sebagaimana ilmu social lain tersebut menghasilkan rumusan bertingkat yang berawal dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori.

    B.       
    Hubungan Antropolog dengan Ilmu-ilmu Sosial lainnya
     
    Hubungan yang terjadi antara ilmu panteologi dengan Antropologi :
    Batuan dari Paleontologi  sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-makhluk dari zaman daulu membuat suatu rekontruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk makhluk dari zaman dahulu kala hingga sekarang.


    1. Hubungan ilmu sejarah dengan antropologi
    2. Sejarah mendapatkan bahan prehistori dari Antropologi yang merupakan bagian dari pangkal sejarawan dari berbagai bangsa di dunia.Ø   Hubungan antara ilmu Geografi dengan Antropologi
    3. Geografi mencoba mncapai pengertian tentang alam dunia ini dengan memberi pelukisan tentang bumi serta ciri-ciri dari segla macam bentuk makhlu hidup yang menduduki muka bumi. Mengingat antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah aneka warna manusia, maka sudah barang tentu Geografi tidak dapat mengabaikan Antropologi.
    4. Hubungan anatara ilmu ekonomi dengan antropologi
      Ekonomi tidak dapat mempergunakan dengan sempurna konsep-konsep dengan teorinya, tanpa pengetahuan tentang system kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup masyarakat tertentu.
    5. Hubungan anatara ilmu politik dengan antropologi
      Ilmu politik merupakan antropologi dalam kaitan mempelajari social budaya dari kekuatan-kekuatan politik yang dimiliki oleh masyarakat.
    6. Hubungan antara ilmu hukum adat dengan antropologi
      Ahli hukum adat banyak menggunakan metode antropologi untuk menyelami latar belakang hukum adat diberbagai daerah
      C.        Integrasi Antropologi dalam pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
  • Integrasi Antropologi dalam pendidikam IPS sebagai suatu materi yang komperhensif, ditelaah menurut spesifikasi dan struktur Antropologi sebagai suatu disiplin ilmu dan ketrkaitan yang erat antara Antropologi dengan ilmu-ilmu social yang lain. berdasarkan hal tersebut, antropologi dapat menawarkan konsep-konsep yang dapat dikaji secara bersama dengan ilmu-ilmu social lain atau setidakanya memiliki keterkaitan yang kuat dan keterkaitan yang relative sama dalam terhadap konsep, gejala, atau masalah sosial yang terjadi.
  • Integrasi Antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain dalam pendidikan IPS tampaknya semakin nyata apabila dimunculkan tema-tema sentral dalam Antropologi yang dapat dijadika sebagai objek kajian ilmu-ilmu social yang lain.

5.3 Geografi Sebagai Social Studies
A.        Hakekat Geografi
Istilah geografi diambil dari bahasa Yunani “Geographia” yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan ilmu bumi. Geografi berasal dari kata Geo yaitu bumi, dan Grafi yaitu graphein yang berarti pencintraan. Jadi geografi merupakan ilmu yang mencitrakan atau menggambarkan keadaan bumi.

Menurut Bintarto (1978), “Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu”.

Berdasarkan seminar dan lokakarya para ahli geografi Indonesia di Semarang tahun 1988, “Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan”.

Berdasarkan definisi di atas, maka kajian geografi adalah fenomena atau gejala-gejala yang terjadi pada permukaan bumi (geosfer). Kajian geografi lebih dicirikan oleh sudut pandang atau cara penjelasannya di dalam mengkaji geosfer tersebut. Adapun sudut pandang tersebut adalah keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi), dan kewilayahan (regional). Geosfer atau ruang muka bumi sebagai substansi kajian Geografi merupakan fenomena yang terdiri dari batuan (litosfer), udara (atmosfer), air (hidrosfer), flora dan fauna (biosfer), dan manusia (antroposfer)
B.        Perkembangan Geografi
Orang yang pertama kali mengaku diri sebagai geografiwan ialah Eratosthenes (276-196 SM). Eratosthenes berjasa besar dalam penunjukkan lokasi dan  penghitungan keliling bumi dengan sistem garis-garis (grid system) yang mirip dengan garis-garis lintang dan garis bujur sekarang. Dengan sistem ini maka lokasi tempat-tempat dapat dinyatakan dengan tepat. Dari masa Eratosthenes sampai kira-kira tahun 1800-an, geografi menitikberatkan pada deskripsi lokasi tempat-tempat secara tepat. Titik berat telaah geografi ditunjukkan terutama untuk menjawab pertanyaan tentang “ke- di mana-an”.

Dalam abad ke-15 penemuan daerah-daerah baru mulai meningkat, sehingga kira-kira pada tahun 1800-an hamper seluruh dunia sudah dikenal. Kemudian kajian geografi semakin luas, bukan hanya tentang ke-di mana-an, melainkan juga tentang generalisasi tempat.

Pada abad ke-17 telaah ruang lingkup geografi telah lengkap. Bernhardius Varenius memperkenalkan “Geographia Generalis” dan “Geographia Specialis”. Kemudian geografi umum lebih dikenal sebagai Geografi Sistematik atau Geografi Topikal. Sedangkan geografi spesialis atau geografi khusus menjadi Geografi Regional.

Dasar keilmuan geografi menjadi semakin kokoh dengan hadirnya tiga orang pakar Georafi Jerman yaitu Immanuel Kant yang memberi dasar filsafat pada geografi, Alexander Von Humboldt, dan Karl Ritter yang member landasan metodoligis geografi makin mapan. Menurut Abler, uraian geografi pada masa 1972 sampai tahun 1950-an menitik beratkan pada klasifikasi tempat-tempat ke dalam suatu kelompok berdasarkan kriteria isi atau sifat tempat tersebut.

 
Tahun 1950-an disebut sebagai “Revolusi Kuantitatif” dalam geografi karena analisis yang digunakan tidak lagi hanya menekan pada kekhasan wilayah yang bersifat deskriptif, melainkan sudah menggunakan analisis dengan bantuan ilmu statistik dan kemajuan teknologi. Pada tahun 1965-an, geografi mengalami perkembangan lebih jauh, yaitu dengan dimulainya era “Revolusi Behavioral”.

C.        Cabang-cabang Geografi

Secara garis besar geografi dapat diklasifikasikan menjadi Geografi Fisik (Physical Geography), Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Wilayah (Regional Geography).

Geografi fisik merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari fisik permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara, dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan manusia.

Geografi manusia merupakan cabang ilmu geografi yang objek kajiannya adalah manusia beserta aktivitasnya di permukaan bumi. Geografi manusia terbagi menjadi beberapa cabang yaitu, geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi pemukiman.
  1. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang objek studinya keruangan penduduk. Objek studi ini meliputi penyebaran dan perandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
  2. Geografi ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
  3. Geografi politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan di permukaan bumi.
  4. Geografi pemukiman adalah cabang geografi yang objek studinya berkaitan dengan pengembangan pemukiman di suatu wilayah permukaan bumi.

    Geografi regional merupaka diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruangan tertentu.
D.        Materi Kajian Geografi
              
Menurut Unwin (1992), James (1972), dan Sutikno (2000), ciri geografi dapat dilihat dari empat hal, yaitu: (1) Geografi adalah apa yang dilakukan oleh Geografiwan, (2) materi kajian, (3) teknik dan metode, (4) pertanyaan dan cara menjawabnya. Secara ringkas keempat ciri geografi dijelaskan sebagai berikut:
  1. Geografi adalah “apa” yang dilakukan oleh geografiwan. Pengertian ini didasarkan pada aktivitas yang dilakukan Geograf dalam bekerja dan mengembangkan keilmuannya.
  2. Materi kajian atau objek geografi berupa Geosfer yang terdiri atas Litosfer (lapisan batuan), Hidrosfer (lapisan air), Atmosfer (lapisan udara), Biosfer (lapisan tumbuhan dan hewan), dan Antroposfer (lapisan tempat tinggal manusia).
  3. Teknik dan metode. Walaupun teknik dan metode bersifat universal bagi ilmu pengetahuan, tetapi ada perbedaan kecil dalam teknik dan metode dalam ilmu geografi.
  4. Pertanyaan dan cara menjawabnya. Bagian keempat inilah yang lebih mencirikan geografi, untuk memudahkan tentang apa itu geografi, makan sering digunakan 4W + 1H (what, where, when, why, how). Pertanyaan “What” muncul dalam menjawab fenomena (peristiwa yang dijelaskan secara ilmiah), misalnya fenomena fisik, sosial, yang ada di permukaan bumi. “Where” menunjukkan di mana ruang fenomena tersebut terjadi. “Why” merupakan pertanyaan untuk interelasi, interaksi, dan interdependensi antara fenomena. “When” menunjukkan kapan terjadinya fenomena tersebut. Sedangkan “How” berfungsi untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas suatu fenomena geografis.
E.         Konsep-konsep Inti Georafi
                   Fakta dalam geografi adalah hal yang berhubungan dengan pengamatan manusia, misalnya hujan, sungai, manusia, gunung, hutan, sawah. Sedangkan konsep geografi seperti lingkungan, hubungan bumi dengan matahari, distribusi keruangan wilayah, budaya, sumber daya alam, sumber daya manusia, penduduk, perubahan litosfer, atmosfer, aktivitas manusia, flora dan fauna, dataran tinggi, dataran rendah, pasang naik dan pasang surut, curah hujan, dan lain-lain.
                  
Konsep-konsep geografi ekonomi seperti wilayah-wilayah perdagangan dunia, sumber daya alam, dan sumber daya khusus, misalnya modal dasar, kekayaan lingkungan, ketenagakerjaan, hubungan distribusi barang-barang.

Konsep dari geografi lingkungan adalah lokasi, distribusi keruangan, asosiasi wilayah, interaksi keruangan, penduduk urbanisasi, migrasi, dan wilayah-wilayah kebudayaan.
                  
Konsep dari geografi budaya adalah kebudayaan barat, wilayah kebudayaan non-barat, wilayah kebudayaan secara agama, dan lain sebagainya.
                 
Generalisasi dalam geografi adalah sebagai berikut
  1. Lokasi dan aktivitas-aktivitas produktif suatu komunitas adalah faktor-faktor kunci dalam interaksinya dengan tempat-tempat lain.
  2. Urbanisasi memberikan peluang untuk mengembangkan kota-kota dan munculnya perencanaan penggunaan ruang yang lebih baik.
  3. Perubahan menempatkan diri sebagai suatu konstan di permukaan bumi.
  4. Mengolah tanah berbeda-beda di masing-masing tempat di muka bumi, hal ini tergantung pada jenis tanah, letak, curah hujan, ketersediaan air, jenis tanaman, dan lain-lain.

Unit program pengajaran IPS banyak diambil atau diadaptasi secara ekstensif dari geografi yang utamanya yang berhubungan dengan kebutuhan menjelaskan karakteristik dari wilayah-wilayah dan hubungan timbal-balik manusia dan lingkungannya, baik lingkungan budaya maupun alami.

Ada lima pengkajian dalam pembelajaran kajian geografi:
  1. Physical Geography (geografi fisikal), yang meliputi kajian landforms, bentuk-bentuk perairan, iklim, dan bentuk-bentuk fisikal lainnya.
  2.   Area regional (wilayah regional). Mengkaji bentuk-bentuk fisikal dalam suatu wilayah sehingga menampilkan tempat-tempat dengan karakterisktik yang bervariasi, sehingga dapat dibedakan antara tempat yang satu dengan yang lainnya.
  3. Cultural geography (geografi budaya), kajian difokuskan pada cara-cara kehidupan (manusia) menginterpretasi, mengeksploitasi, mengembangkan sumber-sumber ekologis atau lingkungannya. Rinciannya adalah hubungan kebudayaan dengan lingkungan, sumber daya dengan adaptasi dan modifikasi, modifikasi dengan lingkungan.
  4. Location or Spatial, pendekatan keruangan yang berfokus pada lokasi tempat-tempat, dan distribusi penataan kota-kota, penduduk, dan bentukan-bentukan lainnya.
  5.   Historical geography, berkepentingan dengan perubahan waktu yang dihubungkan dengan aspek-aspek fisikal, regional, cultural, dan pendekatan-pendekatan keruangan.
  • Agama Sebagai Social Studies

    Pengertian Agama  dan Tujuannya

    Barangkali tidak ada yang sulit diberi peringatan dan defisi selain dari kata “Agama”. Paling tidak ada tiga alasan untuk ini. Pertama, karena pengalaman agama itu adalah soal batin dan subyektif, juga sangat individualistis. Alasan kedua, tidak ada orang yang bersemangat dan emosional yang kuat, sehingga sulit memberikan arti kalimat agama tersebut. Alasan ketiga, konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan dan mengartikan agama ( H. A. Mukti Ali : 1971 dalam kuliah Al Islam :21 ). Dalam hal yang sama juga dikemukakan oleh Quraish Sihab ( 1996 : 375 ) bahwa tidak mudah mendefinisikan agama, apalagi di dunia ini kita menemukan kenyataan bahwa agama amat beragam. Pandangan seseorang terhadap agama ditentukan oleh kepahamannya terhadap ajaran agama itu sendiri. Ketika pengaruh gereja di Eropa menindas para ilmuan sebagai akibat penemuan mereka yang dianggap bertentangan dengan kitab suci, para ilmuan pada akhirnya meninggalkan agama.

    Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal kata “din” dalam bahasa arab dan kata religi dari bahasa eropa. Agama berasal dari Sanskrit. Satu pendapan mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dagam = tidak pergi, jadi artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun – temurun. Agama memang mempunyai sifat demikian. Ada lagi yang berpendapat yang mengatakan bahwa agama adalah teks atau kitab suci. Dan agama – agama memang mempunyai kitab – kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa “gam” berarti tuntunan. Agama mengandung ajaran – ajaran yang menjadi tutunan hidup bagi penganutnya.

    “Din” dalam bahasa semit berarti undang – undang atau hukum. Dalam bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan – peraturan yang merupakan hukum dan harus di patuhi. Agama selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran – ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban – kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula pada paham balasan. Yang menjalankan kewajiban dan patuh akan mendapatkan balasan dari Tuhan. Yang tidak menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapat balasan tidak baik.

    Religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membasa. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam kitab-kitab suci yang harus di baca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang memiliki sifat mengikat bagi manusia atau terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan, dengan kata lain agama mengikat manusia dengan Tuhan (Harun Nasution : 1974 : 9).

    Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini kmempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Nikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera.

    Oleh karena itu agama diberi definisi-definisi :
  1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
  2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
  3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan mempengaruhi perbuatan manusia.
  4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
  5. Suatu sistem tingkah laku (code of coduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
  6. Pengakuan terhadapnya adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
  7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
  8. Ajaran-ajaran diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

    Dengan demikian unsur-unsur yang penting terdapat dalam agama ialah : pertama, kekuatan ghaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan ghaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan ghaib itu. Kedua, keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan bhisdupnya di akhirat tergantung pada apa adanya hubungan baik dengan kekuatan ghaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraannya dan kebahagian yang akan dicari akan hilang pula. Ketiga, respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitive, atau perasaan cinta, seperti terdapat dalam agama monoteisme. Lebih lanjut respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitive atau pemujaan yang terdapat dalam agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respon itu diambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yangbersangkutan, dan keempat, paham adanya byang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kegiatan ghaib, yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu (Harun Nasution : 10)

    Fitrah berarti “Penciptaan” atau “kejadian”. Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak lahir censerung untuk memeluk agama, sebagaimana di jelaskan dalam Al-Quran surat al-Rum ayat 30.

    Mengapa manusia dengan fitrahnya butuh kepada agama dan mengapa harus memeluk agama islam yang diturunkan melalui Rasul-Rasul Allah. Hal ini karena dengan penciptaan manusia dan unsur rohani atau ruh. Jasmani atau tubuh mausia berasal dari materi seperti tanah, air, sedangkan rohani atau roh berasal dari immateri yang datang dari Allah SWT. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna selain memiliki jasmani, juga memiliki Nafs, Qalb, Roh, dan Aql. Manusia dengan nafasnya berpotensi baik dan buruk, kemudian dengan Qalb nya berpotensi untuk tidak konsisten. Berbicara mengenai uh, manusia tidak memiliki potensi apa sesungguhnya ruh itu, oleh karena Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia tentang ruh itu kecuali sedikit. Manusia dengan Aql atau akalnya mampu berpikir.

    Allah telah menjadikan manusia sesuai dengan fitrahnya, yaitu memiliki Nafs, Qalb, Ruh, Aql, terapi dengan semua daya yang diberikan oleh Allah itu manusia belum mampu untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, belum mampu untuk beribadah atau mendekatkan diri kepada Allah, serta bagaimana menjalani kehidupan agar senantiasa mendapatkan keridhoan Allah SWT. Manusia dengan akalnya tidak mampu mengetahui apakah berzina itu baik atau buruk, tidak mengetahui mana yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan dan mana yang ditinggalkan, serta apa arti hidup di dunia ini dan bagaimana setelah meninggalkan alam dunia ini. Semua itu  bisa dijawab dan diketahui oleh manusia hanya dengan penjelasan wahyu Allah melalui ajaran Islam. Dan hanya orang yang mau menjadikan wahyu Allah sebagai pedoman hidupnya yang mampu menjalani hidup dengan ketenangan dan kebahagiaan untuk mendapatkan keridhoan Allah, baik untuk kehidupan di dunia dan di hari akhirat. Oleh karena itu manusia membutuhkan agama untuk dapat membimbingnya ke jalan yang benar dan lurus melalui ajaran wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui para Rasul-Rasul semenjak Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad saw untuk di jadikan pedoman hidup yang penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Produksi Jangka Pendek

EKONOMI MIKRO :PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Dualisme Dalam Perekonomian